Hidayatullah.com–Mantan Presiden AS Jimmy Carter mengecam serangan pesawat tak berawak Amerika, Drone, yang melakukan pembunuhan di negara-negara lain.
Ia mengatakan bahwa membunuh warga sipil dalam serangan tersebut sebenarnya akan memelihara terorisme.
“Saya pribadi berpendapat, kita melakukan suatu lebih berbahaya daripada memetik manfaatnya, pada saat pesawat kami menyerang beberapa teroris potensial yang belum berbuat atau terbukti bahwa mereka bersalah,” kata Carter dalam suatu wawancara dengan Russia Today, seperti dilansir laman Geo, Minggu (9/12/2012).
“Apalagi serangan pesawat tak berawak itu juga membunuh perempuan dan anak-anak, kadang-kadang menghantam acara pernikahan … Jadi ini suatu hal yang harus kita perbaiki,” tambahnya.
Carter, yang menjadi presiden AS pada 1976-1980, juga mengkritik para pembuat kebijakan pada pemerintahan incumbent Amerika yang melakukan pelanggaran di dalam negeri “dengan kebijakan berlarut-larut” demi “menjaga privasi warga AS.”
“Bahkan kami sekarang mengeluarkan undang-undang yang memungkinkan menyadap telepon pribadi dan komunikasi pribadi,” katanya.
Ia menjelaskan, di masa lalu, untuk melakukan kegiatan semacam itu pemerintah harus mendapatkan izin dari pengadilan guna membuktikan keamanan nasional bangsa dalam keadaan beresiko. “Dulu kegiatan itu sangat jarang dilakukan, tapi sekarang hal itu dilakukan di seluruh Amerika.”
“Kita perlu mundur (dan) mengembalikan hak-hak dasar manusia, seperti yang dijabarkan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR),” kata mantan presiden AS itu menggarisbawahi.
Dia menyatakan terdapat 30 paragraf dalam UDHR. “Pada saat ini, negara saya, Amerika Serikat, melanggar 10 paragraf dari 30.” *