Hidayatullah.com—Seorang aktivis Rohingya telah ditangkap di Myanmar, setelah memajang foto-foto kekerasan aparat terhadap Muslim yang kehilangan tempat tinggal akibat kerusuhan di negara bagian Arakan (Rakhine).
Tidak diketahui tuntutan hukum apa yang bakal dijeratkan kepada Than Shwe, seorang waga Muslim Myanmar (Rohingya).
Seorang anggota polisi yang tidak mau menyebutkan namanya -karena tidak berhak bicara ke media- hari Rabu (15/8/2013) mengatakan bahwwa Than Shwe berusaha membuat onar saat kunjungan pelapor khusus HAM PBB.
Pelapor khusus HAM PBB, Thomas Ojea Quintana, melakukan kunjungan keliling menyusul terjadinya bentrokan di Arakan.
Quintana mendesak pemerintah Myanmar membebaskan aktivis itu, lapor majalah berita The Irrawaddy dikutip Aljazeera.
Aung Win, seorang aktivis Rohingya terkemuka, mengatakan bahwa istri Than Shwe menghubungi Quintana pada hari Selasa lalu untuk melaporkan penangkapan suaminya.
“Dia [Quintana] mengatakan kepada para pemuka masyarakat kami bahwa dirinya telah meminta pemerintah untuk membebaskan semua orang yang ditahan, termasuk Than Shwe,” kata Aung Win dikutip The Irrawaddy.
Menurut laporan lembaga pengungsi PBB UNHCR, sedikitnya satu orang tewas dan 10 orang lainnya luka-luka akibat bentrokan di kamp pengungsian Muslim Rohingya Jumat pekan lalu.
Bentrokan terbaru itu terjasi setelah mayat seorang nelayan ditemukan mengapung di sungi kecil dekat kamp pengungsi Ohn Taw Gyi, kata seorang jurubicara pemerintah Arakan, Win Myaing, yang menyebut kematian itu akibat tenggelam.
Namun, kabar yang beredar cepat di masyarakat mengatakan pria itu dipukuli hingga mati oleh polisi.
“Pria itu mengeluarkan darah dari kuping. Kelihatannya dia habis dipukuli di bagian wajahnya dengan popor senapan, semua giginya copot,” kata Aung Win yang melihat mayat korban sebelum dimakamkan.
“Ini bukan karena tenggelam. Dia kelihatan jelas dipukuli dan disiksa,” tegas Aung Win.
Keributan terkait mayat tersebut dan penahanannya oleh aparat mengakibatkan sejumlah kerusuhan, di mana kemudian polisi menembakkan senjata ke arah kerumunan massa setelah sebelumnya menembakkan peluru ke udara, kata Win Myaing.
Than Shwe, yang bekerja untuk sebuah organisasi penyalur bantuan kemanusian ke kamp-kamp pengungsi Muslim Rohingya, dituduh memajang foto-foto korban tewas akibat kekerasan aparat Myanmar ke internet, kata Aung Win.
Dua puluh orang anggota polisi mendatangi rumahnya dan membawanya ke kantor polisi setempat pada hari Senin kemarin, imbuhnya.
Dari Jenewa, UNHCR menyeru agar dilakukan dialog damai guna mengakhiri masalah tersebut.*