Hidayatullah.com—Laporan New York Times hari Sabtu (28/12/2013) menyebutkan bahwa Al-Qaida tidak terkait dengan serangan atas kantor misi diplomatik Amerika Serikat di kota Benghazi, Libya, pada 11 September 2012.
Dalam laporannya yang didasarkan pada keterangan warga Libya yang mengetahui secara langsung perihal serangan tersebut, New York Times menulis bahwa tidak ada bukti Al-Qaida atau kelompok-kelompok internasional lain terlibat dalam serangan itu.
“Serangan itu justru dipimpin oleh para petarung yang diuntungkan secara langsung oleh serangan udara besar-besaran NATO saat terjadi pemberontakan” melawan diktator Muammar Qadhafi yang terbunuh pada bulan Oktober 2011, tulis New York Times.
Sebagaimana diketahui, pasukan udara NATO yang dipimpin Amerika Serikat dan Prancis melancarkan serangan udara atas tempat-tempat pertahanan Muammar Qadhafi untuk membantu para pemberontak bersenjata Libya, dengan menggunakan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang zona larangan terbang di negara itu.
New York Times menyebut, serangan itu dipicu oleh kemarahan warga atas penayangan video anti-Islam “Innocence of Muslims” yang disiarkan stasiun-stasiun televisi lokal. Kemarahan warga itu lantas diarahkan ke misi diplomatik Amerika Serikat.
Ahmad Abu Khattala, meskipun termasuk pemimpin pemberontak yang ikut menggulingkan rezim Qadhafi, memiliki dendam kepada Amerika Serikat, lansir New York Times mengutip keterangan para pejabat AS yang ikut menyelidiki kasus tersebut.
Abu Khattala, sebut koran itu, secara terbuka menyatakan menempatkan Amerika Serikat dalam daftar musuh kafirnya tidak jauh di belakang Muammar Qadhafi.
Abu Khattala diketahui tidak memiliki afiliasi dengan kelompok-kelompok teroris, tulis New York Times.
Serangan atas misi diplomatik AS di Benghazi yang menewaskan duta besar Chris Stevens, beserta tiga warga Amerika lain termasuk anggota intelijen dan bekas marinir itu, sempat membuat keributan di lingkungan pemerintah negeri Paman Sam. Di mana parlemen menuding Gedung Putih menutupi peristiwa tersebut dan intelijen sebelumnya sudah tahu bahwa bakal ada serangan yang ditudingkan kepada Al-Qaida sebagai pelakunya itu.
Namun, menurut laporan New York Times tersebut, serangan itu adalah serangan spontan yang tidak direncanakan sebelumnya, karena merupakan reaksi atas film anti-Islam buatan warga Amerika keturunan Kristen Koptik Mesir.*