Hidayatullah.com—Harvard Extension School Cultural Studies Club membatalkan dukungannya untuk menggelar “misa hitam” yang digagas kelompok Satanic Temple, namun misa ala para penyembah setan itu kemudian digelar di sebuah ruangan di restoran Hong Kong.
Pada Senin (12/5/2014) pukul 10 malam waktu setempat, sekitar 50 orang kebanyakan berpakaian hitam-hitam dan sebagian menggunakan rias wajah, menghadiri “misa hitam”, tanpa roti suci (hosti) sebagaimana yang digunakan dalam ritual misa oleh gereja Katolik sebagai simbol tubuh Yesus.
Empat orang mengenakan jubah bertudung dan seorang pria berjubah putih dan bertopeng tanduk aktif melakukan ritual, ditemani seorang wanita yang hanya mengenakan pakaian dalam. Ritual dimulai dengan narasi sejarah Satanisme dan misa hitam.
Pemilik restoran, Paul Lee, dalam wawancara sekitar pukul 11 malam di hari yang sama, mengaku tidak mengetahui adanya ritual satanik itu. Restoran Hong Kong terletak di Massachusetts Avenue, yang berseberanganan langsung dengan Harvard Yard.
Ritual satanik yang digagas oleh kelompok Satanic Temple berbasis di New York tersebut digelar di lantai dua sebuah restoran makanan China, setelah Harvard Extension School Cultural Studies Club yang semula menjadi tuan rumah, membatalkan dukungannya. Rencana awalnya misa hitam akan digelar Senin malam di Cambridge Queen’s Head Pub di Memorial Hall di lingkungan Universitas Harvard. Tak lama menjelang acara dimulai, klub itu mengatakan memindahkan tempat acaranya ke luar kampus, dengan alasan berdampak buruk terhadap mahasiswa dan citra Harvard.
Lewat surat elektronik pukul 5 sore, penyelenggara memberitahukan acara akan dipindah ke kelab malam Middle East yang terletak di Central Square. Tetapi ternyata manajernya Clay S Fernald menolak tempatnya dijadikan lokasi ritual satanik itu.
Fernald tidak mau memberikan komentar mengenai penolakannya, lansir The Harvard Crimson.
Pada pukul 7, lewat email Cultural Studies Club mengatakan tidak dapat menemukan lokasi penggantinya dan menarik dukungannya atas penyelenggaraan misa satanik tersebut.
Rektor Universitas Harvard Drew G Faust dalam pernyataannya di laman situs unversitas menegaskan komitmen lembaganya akan kebebasan berekspresi, dan keputusan tentang penyelenggaraan misa hitam itu berada di tangan Cultural Studies Club. Meskipun demikian dia menilai acara itu bersifat ofensif.
Sebagai tandingan misa hitam tersebut, Uskup Agung Boston Terrence Donilon menggelar ritual ekaristi di Gereja St Paul.*