Hidayatullah.com–Jenderal Purnawirawan Abdul Fatah Al sisi berhasil meraih kemenangan mutlak 23,38 juta (atau 96,9 persen suara) dalam pemilihan presiden Mesir dalam Pemilu yang lesu menggantikan Presiden Mohammad Mursy yang dilengserkannya awal Juli tahun lalu.
Ketua Komisi Pemilihan Presiden, Anwar Al Asie membacakan keputusan hasil pemilihan presiden (Pilpres) itu pada Selasa (03/05/2014) petang waktu setempat.
Mantan Panglima Militer itu mengungguli lawan tunggalnya, Capres Hamdin Sabahi dengan perolehan 23,7 juta suara atau 96,9 persen dari total 24,5 juta suara sah, dan Sabahi hanya memperoleh 3,1 persen atau hanya 757.511 suara.
Pengguna hak pilih sebanyak sebanyak 47,45 persen dari total daftar pemilih tetap 53,7 juta, dan 1,4 juta suara dinyatakan tidak sah.
Pilpres yang digelar pekan lalu selama tiga hari itu merupakan Pemilu kedua pasca Revolusi 25 Januari 2011 yang menumbangkan 30 tahun rezim Presiden Husni Mubarak.
Sisi merupakan otak dari penggulingan presiden sah dari Al Ikhwanul Al Muslimun Mohammad Mursy yang memenangkan Pemilu demokratis pertama yang digelar 2012 namun dilengserkannya setahun kemudian pada 3 Juli 2013.
Mursy dan hampir semua pimpinan Ikhwanul Muslimin saat ini di dalam penjara atas tuduhan pembunuhan demonstran.
Minim Partisipasi
Al Sisi menang di tengah Pemilu yang lesu dengan ditandai minimnya partisipasi.
Namun karena minimnya warga yang datang ke TPS untuk memberikan hak suaranya, Pemilu pun diperpanjang hingga 28 Mei. Sejumlah polisi disiagakan di berbagai lokasi.
Saat pemilihan berlangsung, pendukung Mursy dan kelompok Islamis lainnya memboikot dan menebar aksi protes yang dengan cepat dibubarkan oleh asukan keamanan.
Di Fayum, provinsi barat daya Kairo, polisi anti huru-hara menembakkan gas air mata setelah pengunjuk rasa melemparkan batu sambil meneriakkan slogan-slogan menentang Pemilu.
Sejumlah media menggambarkan Pemilu kali ini ditandai kurangnya antusiasme masyarakat dalam pemungutan suara.
Awalnya pilpres ini hanya dijadwalkan dua hari pada 26 dan 27 Mei 2014, namun ditambah satu hari lagi menjadi tiga untuk memberi kesempatan kepada pemilih untuk menggunakan hak konstitusionalnya.
Kalangan pengamat meduga bahwa perpanjangan waktu pilres, yang diputuskan beberapa jam menjelang penutupan pencoblosan pada 27 Mei petang tersebut untuk menghindari rendahnya tingkat partisipasi masyarakat.
Sebagian dari para pendukung Al Sisi, mengetahui bahwa kemenangan Al Sisi adalah suatu kepastian. Lainnya menunjukkan ketidakpuasan dengan Al Sisi, bahwa ia dianggap tidak memiliki rencana konkret untuk membawa keluar Mesir dari kesengsaraan serta cemas jika Sisi akan memimpin Mesir dengan gaya otokratik seperti yang dilakukan Husni Mubarak dulu.
Sementara para pendukung menyanjung Al Sisi dengan menggambarkan dia sebagai seorang prajurit melawan terorisme dan satu-satunya orang yang mampu mengatasi masalah ekonomi Mesir, tingginya angka pengangguran, inflasi dan ketidakstabilan.
Rencananya, Al Sisi akan dilantik Ketua Mahkamah Konstitusi pada akhir pekan ini.*