Hidayatullah.com—Ribuan orang meninggalkan kota Mosul setelah kelompok bersenjata menguasai kota terbesar kedua di Iraq itu.
Diperkirakan 1.300 anggota ISIL/ISIS memukul mundur pasukan keamanan dan menduduki bandar udara di kota itu pada Selasa pagi (10/6/2014). Mereka menyerbu kantor-kantor pemerintahan, stasiun televisi, bank, serta mengeluarkan 2.400 orang dari dalam penjara, tulis Aljazeera.
Mosul, yang berpopulasi hampir 2 juta jiwa, merupakan kota terpenting untuk rute ekspor minyak Iraq.
Perdana Menteri Nuri Al-Maliki telah menyatakan negara dalam keadaan darurat.
Amerika Serikat –negara yang menginvasi Iraq tahun 2003 dan memburu Saddam Hussein lalu menyerahkannya ke para politisi dan tokoh-tokoh Iraq berlatar belakang Syiah, lalu menaikkan Nuri Al-Maliki (politisi Syiah) sebagai perdana menteri lewat pemilu rekayasa– mengecam pendudukan kota Mosul itu dan menyebut situasinya “sangat serius.”
“ISIL tidak hanya mengancam stabilitas Iraq, tetapi juga mengancam seluruh kawasan,” kata jurubicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki, seraya menambahkan bahwa Washington mendukung upaya “balasan kuat yang terkoordinasi.”
Feisal Istrabadi, mantan duta besar Iraq untuk PBB, kepada Aljazeera mengatakan bahwa sisa-sisa tentara sebelumnya kemungkinan ikut ambil bagian dalam serangan itu.
Mosul merupakan kota kedua di Iraq yang dikuasai milisi tahun ini, setelah Falujjah.*