Hidayatullah.com—Meski seluruh wakil Afika harus tumbang di Piala Dunia, rupanya kubu Tim Aljazair mencuri perhatian publik dan dunia. Selain karena penampilan yang apik, rencananya yang akan menyumbangkan uang hasil pertandingan mereka pada orang-orang di Gaza melahirnya banyak simpati.
“Mereka (warga Gaza, red) lebih membutuhkannya daripada kita,” demikian pernyataan striker Islam Slimani dikutip www.101greatgoals.com, Rabu (02/07/2014).
Rencana ini juga sempat dikutip Waleed Abu Nada, seorang penulis lepas khusus pertandingan sepak bola di Eropa dalam akun twitternya @waleedabunada, Rabu, (02/07/2014).
Sebelum ini, nama Slimani tidak begitu dikenal. Nama striker Aljazair ini menjadi sorotan tatkala bertanding melawan Korea Selatan. Di luar perkiraan, Aljazari berhasil menundukan Korea Selatan dan menjadi negara yang paling berpeluang mendampingi Belgia untuk lolos ke babak 16 dari grup H. Dengan materi pemain yang tidak dikenal banyak pihak, Aljazair bahkan hampir menaklukan Belgia dan menghabiskan Korea di pertandingan kedua
Meski takluk melawan Jerman, gaya sepakbola menyerang dan permainan yang agresif membuat setiap pertandingan “Sang Rubah Gurun” ini selalu menarik untuk disaksikan.
Islam Slimani sendiri sebenarnya bukan nama yang asing di tim nasional Aljazair. Pemain berusia 25 tahun yang kini bermain di Sporting Lisbon ini sudah membela Aljazair sejak 2012. Slimani juga menjadi nama yang membawa Aljazair lolos ke Piala Dunia kali ini dengan menyumbangkan 5 golnya pada babak kualifikasi.
Pada pertandingan melawan Korea, Slimani menyumbangkan 1 gol dan 1 assist. Dengan ini Aljazair berhasil mengkandaskan perlawanan Korea Selatan dengan skor 4-2.
Lahir di Algiers Aljazair, nama Islam Slimani mungkin tidak banyak dikenal oleh pecinta sepak bola di dunia. Tapi golnya di gawang Rusia bulan Juni 2014, membawa namanya mulai dikenal oleh banyak pihak sekaligus menutup nama besar Fabio Capello yang menukangi ‘Beruang Merah’–julukan Rusia–.
Dalam laga yang berlangsung di Stadion Baixada Arena, satu gol Slimani akhirnya memaksa pertandingan berakhir seimbang 1-1. Hasil itu memastikan ‘Serigala Gurun’–julukan Aljazair– mengukir sejarah dengan pertama kali lolos dari penyisihan grup selama keikutsertaan mereka dari ajang Piala Dunia.
Meski ditalkukkan Jerman di Piala Dunia, kiper Aljazair, Rais M’Bohli mengaku sepak bola Aljazair bermasa depan cerah, mengingat telah empat kali mengikuti Piala Dunia, tetapi baru kali ini lolos dari fase grup. Aljazair sebelumnya tampil pada Piala Dunia 1982, 1986, dan Piala Dunia 2010.
Yang lebih menarik, perilaku tim Aljazair dinilai sangat kontras dengan negara-negara pesaing lainnya dari Afrika dengan Ghana dan Kamerun yang panas akibat pertengkaran soal uang.
Keputusan Tim Aljazair akan menyumbang uangnya sekitar $ 9 juta (setara dengan Rp 105 milyar, dengan kurs dollar Rp 12.000) untuk Gaza patut ditiru.*