PELUANG ketertarikan kepada lawan jenis antara pria dan wanita bisa sama. Tidak selalu hanya laki-laki bersikap aktif menunjukkan ketertarikan kepada wanita, boleh jadi wanita pun memperlihatkan ketertarikan kepada lawan jenisnya. Kisah Zulaikha yang menunjukkan ketertarikan kepada Nabi Yusuf adalah contohnya.
Setelah Yusuf belia dicampakkan oleh saudara-saudaranya, sampailah nasib hidupnya berada di negeri Mesir dan dalam asuhan pembesar di negeri itu. Ia berada dalam perlindungan sebaik-baiknya dalam keluarga pembesar Mesir tersebut, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Yusuf ayat 21: “Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya: ‘Berikanlah kepadanya tempat (dan pelayanan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak.’…”
Ini takdir baik bagi Yusuf, atau juga firasat baik bagi pembesar Mesir tersebut bagi kehidupan pria belia itu kelak. Abu Ishaq meriwayatkan dari Abu ‘Ubaidah, dari ‘Abdullah Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Orang yang paling kuat firasatnya ada tiga orang: (1) Pembesar Mesir ketika ia berkata kepada istrinya: “Berikanlah kepadanya tempat (dan pelayanan) yang baik. (2) Wanita (salah satu puteri Nabi Syu’aib) yang berkata kepada ayahnya, “Wahai bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita).” (al-Qashash : 26). (3) Abu Bakar ash-Shiddiq ketika menunjuk Umar bin Khaththab sebagai Kalifah penggantinya.
Yusuf tinggal bersama keluarga pembesar Mesir tersebut sampai ia dewasa, merujuk pada firman Allah SWT: “Dan tatkala dia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu…” (Yusuf [12] : 22).
Dalam kehidupan sehari-hari sedari belia Yusuf menunjukkan sikap yang baik dan saleh. Tetapi ia punya kelebihan lain: ia pria yang tampan. Atau diriwayatkan bahwa Yusuf telah diberi setengah ketampanan (ada yang mengartikan sebagai setengah ketampanan dari Nabi Muhammad SAW, atau dari seluruh penduduk dunia), sebagaimana hadis tentang Israa’ bahwa Rasulullah SAW berpapasan dengan Yusuf a.s di langit ketiga, beliau berkata: “Ternyata dia diberi setengah bagian dari ketampanan.” (Muslim)
Tak ayal Yusuf yang hidup bertahun-tahun bersama keluarga pembesar Mesir dan diasuh secara langsung oleh istri sang pembesar, terbitlah rasa di dalam hati istri sang pembesar, seperti pepatah Jawa “witing tresno jalaran soko kulino” (selalu bersama, akhirnya rasa suka pun tumbuh). Boleh juga dibawa ke dalam bahasa sekarang ini, “Selalu berdekatan dengan pria tampan, ya mana tahan…”
Jadilah kemudian Zulaikha, nama istri pembesar Mesir itu, mematut-matut diri di cermin dan lebih berhias lagi (sehari-hari istri pembesar tentu selalu berhias). Dalam suatu kesempatan Zulaikha menggoda Yusuf, “…Seraya berkata: ‘Marilah ke sini.’…” (Yusuf [12] : 23). Ah, ternyata cinta bertendensi selingkuh bertepuk sebelah tangan bagi diri Zulaikha. Yusuf menolak ajakan Zulaikha.
Ihwal Zulaikha menggoda asuhannya kemudian menjadi buah bibir di kalangan wanita di kota. Tidak tahan menjadi bahan gosip di kalangan para wanita, Zulaikha membela diri. Ia mengundang para wanita tersebut untuk menguji kemampuan hijab pandangan dan hati mereka terhadap Yusuf.
Tafsir Ibnu Katsir menguraikan, beberapa orang ahli tafsir menyebutkan, setelah mereka (para wanita yang diundang Zulaikha) makan dan merasa senang, maka istri al-‘Aziz, nama pembesar Mesir tersebut, meletakkan buah jeruk di hadapan mereka dan memberikan pisau kepada setiap orang. Kemudian Zulaikha berkata, “Apakah kalian mau melihat Yusuf?” Mereka berkata, “Ya.”
Lalu Zulaikha mengutus seseorang kepada Yusuf untuk memintanya keluar ke hadapan para wanita. Maka tatkala para wanita itu melihatnya, mereka mulai mengiris (jari) tangan mereka sendiri. Kemudian Zulaikha meminta Yusuf kembali ke tempatnya (agar para wanita juga bisa melihat Yusuf dari belakang), sekali lagi para wanita mengiris (jari) tangan mereka sendiri. Setelah sadar para wanita itu telah mengiris tangan mereka sendiri dan merasa kesakitan, mereka berkata, “…Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.” (Yusuf [12] : 31).
Wanita (Zulaikha) itu berkata, “Itulah dia orang yang kamu sekalian cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak…” (Yusuf [12] : 32). Dalam bahasa lugas, mungkin Zulaikha berkata begini kepada para wanita, “Satu kali pandangan saja kalian telah berbuat seperti ini, lalu bagaimana aku bisa dicela (sementara aku melihatnya setiap hari)?”
Ada beberapa pelajaran di sini, wanita pun bisa menunjukkan aktivitas ketertarikan kepada lawan jenis, terlebih bila telah dalam kondisi mabuk kepayang. Bagian-bagian tubuh lawan jenis menjadi pintu masuk pertama ke dalam fitnah mata, sebelum masuk ke hati.
Penolakan Nabi Yusuf ketika digoda Zulaikha juga menjadi bahan pelajaran, sebagaimana disebutkan dalam Al Quran, “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Rabbnya…” (Yusuf [12] : 24). Yusuf dan Zulaikha hanya berdua di satu tempat. Secara manusiawi Yusuf juga menunjukkan ketertarikan dengan ajakan Zulaikha, tetapi ia lebih takut kepada Allah SWT.
Begitu pun Surat Yusuf ayat 24 dalam kondisi saat ini menjadi sangat relevan. Pada saat materi pornografi dan kecabulan berpeluang berada di saku-saku pakaian atau di dalam kamar-kamar pribadi, tersimpan di dalam smartphone dan komputer pribadi (PC), ingatlah Allah SWT akan selalu mengawasi kita.*/Lighty Hayati (Tulisan sebelumnya)