Hidayatullah.com–Putra presiden Suriname mengakui bahwa dirinya menawarkan pendirian markas untuk kelompok teroris Syiah asal Libanon, Hizbullah, di negaranya.
Dino Bouterse mengatakan kepada pengadilan federal di New York hari Jumat (29/8/2014) bahwa dia memberikan paspor palsu kepada seseorang yang diyakininya anggota Hizbullah. Dia juga mengaku bersalah atas dakwaan menyelundupkan narkoba dan senjata api, lansir Aljazeera.
Pengakuan itu muncul satu tahun setelah Bouterse ditahan di Panama atas dakwaan berkonspirasi untuk menyelundupkan kokain ke dalam wilayah Amerika Serikat.
Dia sudah diekstradisi ke AS dan dipenjara ketika pihak berwenang Amerika menuduhnya setuju menerima uang jutaan dolar sebagai imbalan memberikan izin kepada anggota-anggota kelompok bersenjata Syiah Hizbullah untuk menjadikan Suriname sebagai basisnya dalam serangan ke target-target AS.
Dalam sebuah dakwaan disebutkan bahwa Bouterse terekam di Yunani dan Panama bertemu dengan orang-orang yang disangkanya anggota Hizbullah serta para penyelundup narkoba asal Meksiko. Orang-orang yang menjadi kontaknya itu pada kenyataannya adalah agen-agen yang menyamar dari Drug Enforcement Administration (DEA), lembaga pemerintah AS yang bertugas memerangi narkoba.
Dakwaan itu menyebutkan bahwa Bouterse setuju mendapatkan bayaran USD2 juta untuk membantu anggota-anggota Hizbullah tinggal di Suriname dengan menggunakan identitas palsu dan melengkapinya dengan senjata, termasuk roket darat-ke-udara, guna melancarkan serangan ke AS dan Belanda.
Bouterse juga mengatakan kepada agen-agen Amerika yang menyamar itu bahwa dirinya berminat menggunakan “tukang pukul” Hizbullah untuk operasinya di dalam wilayah Suriname.
Ayah Bouterse, Desi Bouterse, adalah presiden Suriname yang dipilih oleh parlemen pada tahun 2010.
Desi Bouterse sebelumnya mengaku sangat terkejut dengan penangkapan putranya, namun menegaskan bahwa putranya itu bertanggungjawab atas tindakannya sendiri.
Dino Bouterse terancam mendekam dalam penjara 15 tahun hingga seumur hidup.*