Hidayatullah.com–Presiden dan Perdana Menteri Yaman Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi mengundurkan diri di tengah-tengah berlanjutnya konflik antara pemerintah dan kelompok pemberontak Syiah Hautsi (Al Houthi).
Sementara itu, lewat pernyataan pengunduran diri pemerintah, Perdana Menteri Khaled Baha mengatakan para menteri tidak bersedia ditarik ke dalam ‘kebingungan politik yang tidak konstruktif’.
Pengunduran ini dilakukan sehari setelah pemberontak dari Syiah Ansarullah, Syiah Hautsi dan pemerintah Hadi mencapai kesepakatan di ibukota, Sanaa yang akhirnya dikendalikan oleh kelompok Syiah Ansarullah. [Baca: Presiden, PM dan Kabinet Yaman Mundur dari Jabatannya]
Sembilan poin kesepakatan yang dicapai diantaranya menyerukan pembebasan Kepala Staf Presiden Yaman Ahmad Awad bin Mubarak, yang sebelumnya telah diculik milisi Syiah Hautsi sejak Sabtu kemarin.
Kesepakatan gencatan senjata, Rabu (21/01/2015) juga dengan imbalan agar kelompok Syiah mendapat perwakilan yang lebih banyak di pemerintah.
Kesepakatan itu juga termasuk klausul yang akan merespon tuntutan para pemberontak Syiah Ansarullah untuk mengubah konstitusi dan memperluas peran pemberontak Syiah Hautsi dalam parlemen serta lembaga-lembaga negara.
Seperti diketahui, pemberonyak Syiah Hautsi memainkan peran kunci memaksa Ali Abdullah Saleh, mundur.
Sebelum ini, hari Rabu (21/01/2015), Staf Kepresidenan Yaman menyatakan, pemberontak Al Houthi menjadikan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi sebagai tawanan setelah menduduki istana kepresidenan.
”Dia tidak bisa meninggalkan kediamannya,” kata staf kepresidenan itu mengutip staf kepresidenan Yaman dari kantor berita Associated Press yang melaporkan bagaimana pemberontak Hautsi menahan Presiden Hadi sebagai tawanan.
Pemberontak Syiah Al Hautsi bermitra dengan Iran, mengambil alih pengamanan kediaman Presiden Hadi. Situasi di Sana’a terus memburuk menyusul pertempuran dua hari di ibu kota Yaman itu.
Pemberontak Houthi membantah tuduhan bahwa mereka menggulingkan kekuasaan Hadi. Namun, mereka hampir menguasai Sana’a setelah memenangi kontak senjata dan perang artileri, beberapa hari terakhir.
PBB mengecam serangan itu dan tetap mengakui Hadi sebagai otoritas yang sah.*