Hidayatullah.com—Arab Saudi memimpin di Timur Tengah dalam hal konsumsi minuman produksi perusahaan raksasa Coca-Cola, disusul kemudian tidak jauh oleh Palestina. Demikian dikatakan juru bicara perusahaan minuman ringan itu kepada Al-Arabiya.
“Di Timur Tengah, Saudi yang paling tinggi dan Palestina di antara yang teratas,” kata juru bicara Coca-Cola regional itu, bertepatan dengan acara memperingati 100 tahun merek minuman tersebut di kota kelahirannya di Atlanta, Amerika Serikat, seperti dikutip Al-Arabiya hari Ahad (1/3/2015).
Dalam usianya yang sudah satu abad, meskipun masih menjadi produsen terkemuka minuman berkarbonasi, menurut laporan Euromonitor hasil pendapatan Coca-Cola belakangan ini menurun.
Untuk mengatasinya, perusahaan yang terang-terangan memberikan sokongan kepada Zionis Israel itu, melakukan sejumlah inovasi.
“Konsumen GCC pada umumnya mengharapkan inovasi dalam pengemasan dan produk,” kata jurubicara itu, merujuk pada penduduk di negara-negara Dewan Kerjasama Teluk.
Ketika memutuskan untuk mendirikan pabrik di Israel tahun 1968, Coca-Cola menjadi target boikot negara anggota Liga Arab. Seiring dengan itu pesaing Coca-Cola, Pepsi, semakin memantapkan posisinya di pasar negara-negara Arab.
Tahun 2011, dua dekade setelah boikot akhirnya berakhir, Coca-Cola melakukan investasi di sebuah perusahaan minuman di Saudi dengan suntikan dana hampir US$1 milyar. Perusahaan Amerika itu mengatakan akan menambah US$5 milyar untuk investasi di Timur Tengah dan Afrika Utara dalam dekade mendatang.
Di wilayah Palestina, Coca-Cola mendirikan pabrik dengan bendera National Baverage Company (NBC). Perusahaan berusia 17 tahun itu katanya mampu menghasilkan US$100 juta, menguasai 86 persen pasar lokal minuman berkarbonasi dan mempekerjakan sekitar 400 pegawai.*