Hidayatullah.com—Kerajaan Arab Saudi sekarang sedang menyelidiki rekening-rekening dan investasi milik 44 warganegara Libanon terkait Hizbullah.
Kabar ini muncul menyusul pembekuan aset dua anggota Hizbullah bulan lalu oleh Arab Saudi, karena terkait dengan aksi-aksi terorisme di Timur Tengah termasuk di Yaman dan Suriah. Pembekuan aset tersebut disertai dengan larangan bagi warga Saudi berurusan dengan keduanya.
Pakar keuangan Fadel Al-Buainain mengatakan ada beberapa cara untuk melacak orang-orang dan perusahaan-perusahaan yang mencurigakan, yaitu dengan memeriksa likuiditas dan transaksi-transaksi mereka. Pihak perbankan sangat bisa untuk memberikan informasi yang banyak mengenai hal itu, kata Buainain seperti dilansir Arab News hari Rabu (3/6/2015).
Lebih lanjut Buainain mengatakan sepertinya ada aktivitas di bidang real estate sejak tahun 1990-an oleh orang-orang yang tidak mungkin bisa melakukannya tanpa bantuan dari luar. Keuntungan dari investasi itu, yang menggunakan nama-nama orang Saudi, dialirkan ke luar negeri.
Menurut Buainain beberapa lembaga investasi beroperasi selama bertahun-tahun di kawasan Teluk guna mendukung aksi-aksi terorisme.
Sementara Arab Saudi sudah memulai proses pencarian rekening-rekening yang diduga berhubungan dengan terorisme, di kalangan negara anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC) terdapat kelambanan, sebab mereka takut hal tersebut akan mengganggu operasional perbankan di negaranya.
Abdulmunim Al-Mushawah, kepala Kampanye Sakinah di Kementerian Urusan Islam, mengatakan bahwa organisasi-organisasi seperti Hizbullah tidak lebih dari “kelompok begundal” yang tidak memiliki aturan moral dalam menjalankan bisnisnya.
Mushawah mengatakan organisasi teroris, seperti Hizbullah, bekerja sepenuhnya dalam kerahasiaan dan menggunakan orang-orang di dalam sebuah negara untuk mendirikan bisnis yang bisa mereka pergunakan untuk membiayai operasinya. Dan Arab Saudi sudah beberapa tahun belakangan ini berhasil memotong sumber pendanaan mereka.*