Hidayatullah.com–Dari namanya orang cenderung menyangka ini produk Afrika Utara, padahal sebenarnya dari ‘Israel’. Moroccanoil, produk perawatan rambut yang kemasannya berwarna biru kehijauan cerah ini cukup terkenal di kalangan salon-salon kecantikan di Inggris dan banyak dicari.
Minyak argan yang merupakan ramuan utama produk tersebut memang dari biji-bijian yang berasal dari Maroko. Orang-orang Arab Afrika Utara dan wanita Barbar konon sejak dulu menggunakan minyak tersebut untuk perawatan kulit dan rambut.
Namun, dalam konteks Moroccanoil –minyak argan yang menjadi bahan dasar perawatan rambut– sebenarnya hanyalah minyak mentah yang dikombinasikan dengan bahan-bahan berbahaya yang biasa terkandung dalam kosmetik dan dibuat di ‘Israel’. Kaitan Moroccanoil dengan ‘Israel’, bisa dilihat di situs perusahaan tersebut. Asal usul produk hanya disebut dua kali dalam situs tersebut.
Salah satunya terselip di bagian “terms and conditions”. Satu lagi, di bagian “behind the brand”. Di situ tertulis: “Kisah kami dimulai ketika pendiri Moroccanoil, Carmen Tal, sedang berjalan-jalan di ‘Israel’. Setelah diwarnai, rambutnya mengalami kerusakan parah. Lalu, seorang teman membawanya ke sebuah salon dimana ia pernah merasakan perawatan minyak rambut yang menakjubkan. Hasilnya, rambutnya seketika berubah dari rusak menjadi bersinar, lembut dan mudah diatur.”
Hasbara
Moroccanoil telah masuk dalam situs boikot ‘Israel’, seperti BDSList. Di Irlandia, para penata rambut di wilayah Limerick juga sempat didesak untuk memboikot Moroccanoil saat terjadi serangan ke Gaza tahun 2014. Setidaknya, ada tiga alasan yang membuat Moroccanoil berhak mendapat tempat teratas dalam daftar kampanye boikot.
Pertama, ia mengandung hasbara. Dalam bahasa Ibrani, hasbara berarti “menjelaskan”. Kata ini merupakan eufimisme untuk propaganda. Hasbara merupakan program pencitraan yang bertujuan menyebarkan informasi “positif” tentang ‘Israel’ ke penjuru dunia. Hasbara digunakan untuk menyebut upaya menjelaskan kebijakan ‘Israel’ dan mempromosikan ‘Israel’ di tengah pemberitaan negatif.
Salah satu contoh hasbara adalah pinkwashing dan greenwashing. Kedua istilah ini sudah umum dikenal para aktivis. Pinkwashing merupakan bagian kampanye ‘Israel’ atas hak-hak kaum homoseksual di ‘Israel’ untuk mengalihkan perhatian dunia internasional dari pelanggaran HAM dan penjajahan yang mereka lakukan. Sementara, greenwashing merupakan kampanye ramah lingkungan yang digunakan Zionis untuk mengalihkan perhatian dunia dari sistem apartheid.
Moroccanoil dianggap menutupi kejahatan ‘Israel’. Citra Moroccanoil juga diidentikkan dengan keglamoran. Dengan kata lain, ‘Israel’ dikaitkan dengan kecantikan dan kemewahan alih-alih diskriminasi dan penjajahan. Dengan alasan itu, Moroccanoil bisa dipandang sebagai sebuah bentuk hasbara.
Ke dua, Moroccanoil juga mengeksploitasi bahasa “inspirasi dan pemberdayaan” untuk meyakinkan kaum wanita membeli produk mereka. Situs Moroccanoil menggunakan wawancara dengan para wanita yang terlibat dalam aksi kerja sukarela, energi terbarukan dan kampanye hak-hak binatang untuk kampanye greenwash. Padahal, kenyataannya produk itu sendiri terkait dengan penindasan dan rezim yang sewenang-wenang.
Ke tiga, fakta bahwa mereka menamai produk tersebut Moroccanoil. Perusahaan itu tampaknya sengaja menipu, mengaku beridentitas ?kalau pun memang ada kaitannya dengan Israel? komunitas Yahudi Afrika Utara yang terpinggirkan. Dan bukannya identitas elite kaya yang meraup keuntungan dari perdagangan internasional.*