Hidayatullah.com–Pada 3 September 2015 lalu, laman media http://ilmfeed.com menampilkan grafik pada halaman Facebook-nya yang memberi ilustrasi bahwa negara Teluk seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab tidak mengambil peran satu pun pengungsi Suriah (banyak media barat bahkan menyebut peran Negara Saudi Nol).
Sejumlah media menggunakan grafik tersebut dalam laporan berita mereka dan dibagi ke berbagai platform media sosial. Namun rupanya, beberapa komentator membantah hasil perhitungan ini di antaranya Mohammed Khalid al Yahya, seorang rekan di King Faisal Centre untuk Penelitian dan Riset Keislaman. Ia berkomentar:
“Nol adalah angka yang sangat tidak akurat karena Arab Saudi tidak memiliki kebijakan tentang pengungsi. Ada lebih dari 500.000 rakyat Suriah di Arab Saudi yang telah diberikan visa,” demikian ujar Mohammed dikutip laman ilmfeed.com.
Ia juga menekankan kenyataan bahwa status “pengungsi” tidak dikenal di negara-negara Teluk.
Akibat kesalahan data ini, laman http://ilmfeed.com melarat Facebook-nya.
“Kami juga menampilkan grafik berikut untuk menunjukkan bahwa negara-negara ini juga memainkan peran penting dalam mendukung pengungsi Suriah dengan memberikan bantuankeuangan,” tulis Ilmfeed.com.
“Sedang angka yang ditampilkan di dalam grafik secara teknis adalah benar merunut dari data yang diperoleh dari UNHCR, ia adalah kekeliruan dari pihak kami karena tidak menjelaskan bahwa angka nol tersebut disebabkan Arab Saudi, Kuwait, Qatar, dan UEA tidak termasuk dalam daftar protokol PBB mengenai pengungsi.”
Menurut http://ilmfeed.com, UNHCR mendefinisikan pengungsi sebagai berikut:
“Orang-orang yang telah terdaftar sebagai pengungsi sesuai konvensi PBB 1951/Protokol 1967, konvensi OAU 1969, sesuai dengan undang-undang UNHCR, orang-orang tersebut akan diberikan form perlindungan dan mereka diberikan perlindungan yang bersifat temporer.”
Sejak saat itu, sejumlah besar media Timur Tengah –begitu juga beberapa media Barat yang telah melaporkan pernyataan dari lembaga pemerintahan resmi– mengklarifikasi mengenai banyaknya rakyat Suriah yang telah menetap di negara-negara Teluk (termasuk Arab Saudi) sejak awal konflik bermula di tahun 2011. Banyak di antara mereka yang telah diberi pekerjaan dan visa tinggal begitu juga akses pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Grafik di bawah ini menunjukkan jumlah rakyat Suriah yang tinggal di negara-negara Teluk sejak awal konflik beserta sumbernya.*/Karina Chaffinch