Hidayatullah.com—Baik organisasi politik oposisi terbesar maupun perwakilan dari kelompok oposisi bersenjata tidak ada yang diundang dalam pertemuan internasional di Wina, Austria, guna membicarakan masalah konflik Suriah. Demikian menurut keterangan seorang politisi oposisi dan pemimpin perlawanan Suriah.
Sementara itu, pemerintah Suriah di Damaskus belum juga mengeluarkan pernyataan resmi tentang pertemuan di Wina yang akan digelar hari Jumat ini (30/10/2015), yang mengundang belasan negara termasuk Arab Saudi dan Iran, lapor Reuters.
Oposisi menentang keikutsertaan Iran dalam pembicaraan tersebut karena dukungan militer yang diberikan oleh negara Syiah itu kepada rezim Bashar Al-Assad.
George Sabra, seorang anggota Koalisi Nasional Suriah, mengatakan kepada Reuters bahwa tidak diundangnya oposisi Suriah dalam pertemuan di Wina itu mencerminkan “kekurang seriusan”. Ketika ditanya apakah koalisi oposisi Suriah pernah diundang ke pertemuan-pertemuan itu, Sabra menjawab, “Itu tidak terjadi.”
“Hal tersebut menjadi titik lemah terbesar dalam pertemuan itu, karena pertemuan tersebut akan mendiskusikan isu-isu orang Suriah sementara mereka tidak hadir,” kata Sabra, seorang politisi partai komunis Suriah lulusan teknologi pendidikan dari Universitas Indiana Bloomington, Amerika Serikat, dan salah satu penulis naskah Iftah Ya Simsim, program televisi untuk anak-anak Sesame Street edisi Arab.
Bashar Al-Zoubi dari Tentara Yarmouk, kelompok perlawanan yang berafiliasi dengan Free Syrian Army (FSA), kepada Reuters mengatakan bahwa perwakilan dari kelompok-kelompok oposisi bersenjata tidak diundang dalam pertemuan di Wina.
“Iran merupakan bagian dari masalah dan bukan solusi, dan partisipasinya dalam pertemuan itu akan membuktikan hal tersebut kepada dunia,” kata Zoubi. “Ini adalah pertemuan yang diterima oleh Arab Saudi dan Turki untuk mengungkap tentang Iran.”
Sabra mengulangi keberatannya atas partisipasi Iran, dengan mengatakan negara Syiah itu tidak dapat berperan sebagai mediator. “Opsir-opsirnya setiap hari bertempur di garis-garis depan di Suriah,” imbuh Sabra, merujuk perwira-perwira militer Iran yang ikut bertempur di Suriah. [Baca juga berita sebelumnya: Mengapa orang Afghanistan mau mati untuk Iran di Suriah?]*