Hidayatullah.com—Turki akan melakukan apapun yang diperlukan untuk menghentikan militan-militan Kurdi-Suriah dukungan Amerika Serikat dari memproklamirkan otonominya di kota Tel Abyad dekat perbatasan Turki, termasuk dengan melakukan operasi militer lebih lanjut, kata Presiden Recep Tayyip Erdogan hari Rabu (28/10/2015) seperti dilansir Hurriyet.
Turki merupakan anggota NATO yang ikut dalam koalisi pimpinan Amerika Serikat untuk menggempur kelompok bersenjata ISIS/ISIL. Namun, pemerintah Ankara melihat pergerakan kelompok etnis Kurdi yang dipimpin oleh Partai Uni Demokratik (PYD) sebagai ancaman terhadap keamanan negaranya. Ankara khawatir, pergerakan PYD itu akan mempengaruhi orang-orang Kurdi di Turki untuk melancarkan pemberontakan.
Jet-jet tempur Turki belum lama ini menghantam pasukan Kurdi yang tergabung dalam Unit Perlindungan Rakyat (YPG), setelah kelompok itu menantang Ankara dan menyeberang ke sisi barat Sungai Efrat.
Didukung oleh serangan udara Amerika Serikat, militan-militan PYD berhasil merebut Tel Abyad dari tangan ISIS pada bulan Juni lalu. Dan pada bulan ini, pemimpin lokalnya mendeklarasikan bahwa kota itu merupakan bagian dari sistem otonomi yang dijalankan oleh etnis Kurdi.
“Di sini PYD melakukan pembersihan etnis atas orang-orang Arab dan Turkmen,” kata Erdogan. “Jika orang-orang Kurdi mundur dan tidak membentuk canton (sebuah wilayah administrasi, red), maka tidak jadi masalah. Tetapi jika pemikiran itu berlanjut (mendirikan wilayah otonomi, red), maka apa-apa yang perlu akan dilakukan, atau kami akan menghadapi masalah serius.”
“Kami bertekad untuk memerangi apapun yang mengancam kami di sepanjang perbatasan dengan Suriah, di dalam maupun di luar,” imbuh Erdogan.
Turki tidak ingin melihat terbentuknya sebuah entitas otonomi Kurdi seperti yang muncul di Kurdistan, Iraq, kata Erdogan.
Sekutu-sekutu Barat sekarang mempersenjatai Kurdi, imbuh presiden Turki itu.
“Mereka bahkan tidak menganggap PYD sebagai sebuah organisasi teroris. Omong kosong macam apa ini?” ujar Erdogan. “Barat masih memiliki mentalitas ‘terorisku baik, terorismu buruk’.”
Di dalam negeri, selama 30 tahun terakhir Turki menghadapi kelompok bersenjata Kurdi yang tergabung dalam Partai Pekerja Kurdi (PKK). Organisasi itu, yang dinyatakan terlarang di Turki, menginginkan wilayah otonomi bagi orang-orang etnis Kurdi-Turki. PKK memiliki keterkaitan erat dengan saudara mereka di Suriah.
Menurut Erdogan, 1.400 militan PKK ikut bertempur bersama pasukan YPG di Suriah.*