Hidayatullah.com–Pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, mengklaim partai pimpinannya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), telah memenangi Pemilihan Umum (Pemilu).
Hal itu dia utarakan kepada BBC sejak Pemilu berlangsung hari Ahad (08/11/2015) lalu.
Sebagaimana diketahui, hasil perhitungan suara sementara menunjukkan NLD meraup suara terbanyak. Namun, hasil resmi perhitungan baru akan keluar dalam beberapa hari ke depan.
Sementara untuk memenangi Pemilu secara resmi, NLD harus memeroleh 67% dari total 644 kursi di parlemen. Adapun 25% kursi telah dialokasikan untuk militer. Dalam perhitungan sementara, NLD memperoleh 49 dari 54 kursi yang telah dihitung.
Meski demikian, Koordinator Koalisi Masyarakat Indonesia Peduli Rohingya (KMIPR), Adnin Armas mengatakan, kemenangan peraih penghargaan Nobel Perdamaian dari Myanmar ini belum bisa diharapkan bisa mengangkat harkat warga Muslim khususnya etnis Rohingya yang telah mengalami penderitaan selama puluhan tahun.
“Tidak banyak berbeda,” ujar Adnin kepada hidayatullah.com.
Meski demikian, masih ada harapan dengan terpilihnya wanita kelahiran Yahoon 19 Juni 1945 ini jika memimpin Myanmar.
“Harapan kepada Suu Kyi namun tetap ada. Setidaknya dia sudah merasakan kerasnya junta militer terhadap dirinya. Dia harusnya juga bisa melihat sikap junta militer kepada Rohingya jauh lebih kejam, lebih sadis.”
Karena itu menurut Adnin, jika kemenangan Aung San Suu Kyi tak berdampak pada perobahan dan pembelaan Muslim Rohingnya, maka, ia tidak layak mendapatkan gelar Nobel yang diraihnya.
“Dia harusnya mengambil sikap lebih terbuka. Selama dia tidak melakukan perubahan, maka Noble Perdamaian yang dia pernah dapatkan, tidak layak ia untuk menerimanya,” ujar Adnin.
Seperti diketahui, Aung San Suu Kyi terus dipertanyakan seiring penderitaan Muslim Rohingya dan semakin banyaknya mereka pengungsi dan terdampar di berbagai negara.
Aung San Suu Kyi yang dijuluki ‘pahlawan demokrasi’ justru dinilai banyak dia atas penderitaan Muslim Rohingya. Sebelum ini,
Kantor berita Religion News Service (RNS) pernah mengupas, tidak akan ada yang bisa dilakukan oleh Aung San Suu Kyi untuk Rohingya.
“Saya tidak diam karena perhitungan politik. Saya diam karena, siapa pun yang berada di posisi saya, akan (melihat) ada lebih banyak darah. Jika saya berbicara untuk hak asasi manusia, mereka (Rohingya) hanya akan menderita. Akan ada lebih banyak darah,” tulis RNS.
Bagaimana umat Islam setelah kemenangan partai San Suu Kyi? Mari kita tunggu.*