Hidayatullah.com—Ratusan wanita turun ke jalan di kota Cologne, Jerman, guna memprotes serangan seksual dan pencurian yang banyak terjadi pada Malam Tahun Baru lalu, lapor BBC Selasa (5/1/2016).
Para pengunjuk rasa membawa tulisan berisi tuntutan agar Kanselir Jerman Angela Merkel segera bertindak.
Merkel sebelumnya telah mengungkapkan kemarahannya atas “serangan menjijikkan” itu dan mengatakan semua harus dilakukan untuk menangkap para pelaku.
Saksi-saksi dan polisi mengatakan bahwa pelaku terdiri dari pria-pria yang sosoknya menunjukkan berasal dari Arab atau Afrika Utara.
Begitu banyaknya serangan tersebut, yang melibatkan pemuda-pemuda mabuk dan agresif, telah mengguncangkan negeri Jerman, dan memicu perdebatan lintasnegara bagian perihal pengungsi dan migran yang kebanyakan datang dari Suriah.
Namun, Walikota Cologne Henriette Reker mendesak warga agar tidak tergesa mengambil kesimpulan perihal pelaku serangan, yang sampai sekarang belum ada yang tertangkap.
Sedikitnya 90 laporan serangan seksual yang terjadi pada Kamis malam (31/12/2015) di stasiun besar di kota Cologne diadukan ke polisi.
Sedikitnya satu orang melaporkan dirinya diperkosa, sedangkan banyak wanita lainnya mengaku tubuhnya diraba-raba, termasuk seorang anggota polisi sukarela.
Para wanita di Hamburg dan Stuttgart juga mengalami serangan seksual serupa, tetapi dalam skala yang lebih kecil.
Polisi terekam kamera sedang mencegat dan menanyai para lelaki di dekat stasiun kereta utama di Cologne pada hari Selasa kemarin.
Namun, kepala kepolisian setempat Wolfgang Albers mengatakan belum ada tersangka yang ditangkap dalam kasus serangan seksual Malam Tahun Baru.
“Kami sekarang ini belum mendapatkan tersangka, jadi kami tidak tahu siapa pelakunya,” kata Albers.
“Yang kami tahu hanya bahwa polisi yang bertugas di lokasi kejadian melihat pelakunya kebanyakan pemuda berusia 18 sampai 35 tahun berasal dari kawasan Arab atau Afrika Utara.”
Menteri Kehakiman Heiko Maas mewanti-wanti agar tidak menggunakan kasus serangan seksual itu sebagai alat memicu sentimen anti pengungsi atau imigran.
“Dalam hukum pidana yang terpenting adalah membuktikan suatu kejahatan terjadi, dan semua orang sama di hadapan hukum,” kata Maas.
“Tidak masalah dari mana seseorang berasal, yang menjadi masalah adalah apa yang mereka lakukan dan apakah kita bisa membuktikan [kejahatan] itu,” imbuhnya.
Hari Selasa (5/1/2016) Kanselir Merkel memanggil Walikota Reker untuk mendiskusikan serangan seksual tersebut.
Pejabat wanita itu menjanjikan tindakan pencegahan menjelang karnaval bulan Februari mendatang, ketika ratusan ribu orang tumpah ke jalan-jalan melihat keramaian yang ada.
Seorang pria menceritakan bagaimana kekasihnya dan putri kekasihnya yang berusia 15 tahun dikepung sejumlah laki-laki di luar stasiun besar di Cologne dan dirinya tidak dapat menolong keduanya. Perempuan ibu-anak itu digerayangi dadanya dan bagian tubuh di antara kedua kaki oleh sekelompok pria yang mengerubunginya.
Seorang wanita pelancong asal Inggris kepada BBC menceritakan kejadian yang dialaminya ketika berada di Cologne pada Malam Tahun Baru lalu. Dia dikepung sejumlah lelaki yang tidak berbicara bahasa Inggris atau Jerman. “Mereka berusaha memeluk kami, mencium kami. Seorang pria mencuri tas teman saya. Seorang lainnya berusaha memasukkan kami ke dalam ‘taksi gelap’nya. Saya pernah mengalami situasi yang menakutkan dan bahkan mengancam jiwa, tetapi saya tidak pernah mengalami hal yang semacam itu.”*