Hidayatullah.com—Presiden Dewan Eropa memperingatkan Italia dan Malta akan menumpuknya orang di Libya yang akan bermigrasi ke Eropa.
Dilansir BBC (13/4/2016), Donald Tusk mengatakan kepada anggota dewan di Parlemen Eropa bahwa tidak mungkin mereka melakukan pendekatan yang sama seperti yang diterapkan di Balkan untuk menangkal kedatangan migran/pengungsi dari Libya.
Sebagaimana diketahui, pintu perbatasan Yunani dengan negara-negara Balkan ditutup guna mencegah para migran/pengungsi membanjiri Eropa. Akibatnya, lebih dari 11.000 migran dan pengungsi menumpuk di desa Idomeni, Yunani.
Menyusul diimplementasikannya kesepakatan antara Uni Eropa dan Turki, negara terdekat dengan Yunani sebagai pintu masuk ke Eropa, serta penutupan pintu perbatasan Yunani dari arah Balkan, para migran/pengungsi diyakini akan menggunakan jalur lain untuk mencapai Eropa.
Namun, data dari Institute of Migration menunjukkan bahwa mereka yang saat ini sudah tiba di Italia dari Libya, kebanyakan adalah orang-orang dari negara Afrika, bukan dari Suriah atau negara Asia lainnya.
Pihak berwenang Italia hari Selasa kemarin mengatakan bahwa tim penyelamat berhasil menolong 2.154 migran/pengungsi dari 16 perahu kecil dan sebuah perahu dayung di Selat Sisilia. Sebanyak 1.850 orang lainnya diselamatkan dari daerah perairan yang sama pada hari Senin.
Tusk kepada Parlemen Eropa mengatakan bahwa tidak ada solusi ideal untuk menangani krisis migran. “Kesepakatan dengan Turki tidak sempurna dan kita sangat menyadari akan resiko dan kelemahannya.”
Terkait rute Mediterania Tengah, Tusk mengatakan bahwa Uni Eropa harus siap membantu dan menunjukkan solidaritasnya kepada Malta dan Italia.
Austria sudah menyatakan bahwa negaranya akan memperketat penjagaan di pintu-pintu perbatasannya dengan Italia guna mengantisipasi banjir migran/pengungsi.*