Hidayatullah.com–Jerman mencatat lebih dari 900 kejahatan rasial dan Islamofobia pada tahun 2020, menurut angka resmi yang diumumkan pada Senin (01/03/2021). Selain itu, terjadi juga peningkatan serangan yang menargetkan para migran, lapor Daily Sabah.
Hampir 80 masjid diserang antara Januari dan Desember tahun lalu, dan setidaknya 48 orang menderita luka-luka akibat kekerasan Islamofobia.
Kementerian Dalam Negeri merilis angka-angka tersebut sebagai tanggapan atas pertanyaan parlemen oleh oposisi Partai Kiri (Die Linke).
Polisi Jerman mencatat 901 kejahatan rasial dan serangan Islamofobia tahun lalu, naik dari 884 tahun sebelumnya, menurut angka terbaru. Ini termasuk penghinaan di media sosial, surat ancaman, gangguan praktik keagamaan, serangan fisik, dan kerusakan properti.
Jumlah orang yang terluka dalam kekerasan Islamofobia meningkat dari 34 pada 2019 menjadi 48 pada 2020, menurut angka resmi. Serangan ini sebagian besar dilakukan oleh neo-Nazi dan ekstremis sayap kanan, menurut polisi.
Sementara itu, 1606 serangan yang menargetkan para migran dan pengungsi dilakukan di negara itu pada tahun 2020, sementara 84 serangan dilakukan terhadap tempat penampungan pengungsi dan 67 serangan dilakukan terhadap organisasi dan relawan yang membantu para migran.
Baca juga: Islamofobia Meningkat Lebih dari 50% Selama Tahun 2020 di Prancis
Anggota parlemen Partai Kiri Ulla Osnabrücker mencatat bahwa serangan 1606 menunjukkan bahwa Neo-Nazi rata-rata melakukan empat hingga lima serangan setiap hari dan bahwa angka-angka tersebut menunjukkan betapa berakar kekerasan sayap kanan di negara itu.
Jelpke mengatakan kepada Neue Osnabrücker Zeitung setiap hari bahwa angka-angka yang dilaporkan oleh polisi hanyalah “puncak gunung es”. Dia mengatakan angka sebenarnya cenderung lebih tinggi, karena banyak korban tidak mengajukan pengaduan pidana ke polisi.
Pada 2019, 884 kejahatan Islamofobia dilaporkan di seluruh Jerman.
Sebagai negara berpenduduk lebih dari 80 juta orang, Jerman memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Di antara hampir 4,7 juta Muslim di negara itu, 3 juta berasal dari Turki.
Negara ini telah menyaksikan tumbuhnya rasisme dan Islamofobia dalam beberapa tahun terakhir, yang dipicu oleh propaganda kelompok dan partai sayap kanan, yang berusaha memicu ketakutan terhadap Muslim dan imigran untuk memenangkan lebih banyak suara.*