Hidayatullah.com— Hari Sabtu, BBC melaporkan, Erdogan akan mengganti pasukan pengawal elit untuk Presiden. Hal ini dilakukan setelah hampir 300 anggota dalam tim tersebut ditahan karena diduga terlibat dalam upaya kudeta gagal di negara tersebut pekan lalu.
Perdana Menteri (PM) Turki, Binali Yildirim sebelumnya, mengumumkan pasukan pengawal presiden akan segera diganti setelah beberapa anggotanya diduga ikut terlibat dalam aksi kudeta.
“Tidak akan ada lagi pengawal presiden, tidak ada tujuan, tidak perlu,” ujar Yildirim dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi lokal, hari Ahad (24/07/2016).
Pasca-kudeta, setidaknya ada 300 orang pasukan pengaman Presiden Erdogan telah ditahan dan Turki kembali mengeluarkan surat perintah penangkapan kepada anggota pengawal presiden lainnya. Selain itu, pangkalan militer Turki akan dipindahkan dari pusat kota dan pasukan militer Turki akan terhubung langsung ke Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri).
Seperti diketahui, Turki memiliki Resimen Pengaman Presiden yang dikenal dengan nama Cumhurbaskanligi Muhafiz Alayi. Pasukan ini dibentuk 18 Juli 1920, usianya mencapai 96 tahun. Tugas pertama yang mereka lakukan adalah menjaga dan mengamankan Presiden Turki Pertama, Mustafa Kemal Ataturk.
Pesan Pelaku Kudeta
Sebelumnya, channel TV Aljazeera Qatar telah mendapatkan kopian dari pesan-pesan yang dikirim antar pelaku-pelaku kudeta yang gagal, yang terjadi pada Jumat larut malam.
Pesan-pesan tersebut mengandung perintah mengenai pengambil alihan kekuatan dan pendeklarasian status darurat.
Pesan tersebut mengungkapkan bahwa tiga helikopter mengarah ke hotel di mana Presiden Recep Tayyip Erdogan sedang berada dengan tujuan untuk menangkap atau membunuhnya.
Aljazeera dikutip middleeastmonitor.com menerima sebuah kopian dari serangkaian pesan yang dikirim antar pemimpin kudeta melalui WhatsApp. Mereka dilaporkan membuat sebuah grup di aplikasi tersebut untuk mengirim dan menerima pesan yang termasuk di dalamnya perintah dan tanggapan.
Pesan-pesan tersebut mengungkapkan bahwa tindakan tersebut direncanakan pada jam 3 pagi waktu Turki, namun hal itu tidak tepat seperti yang dijadwalkan dan tentara yang ikut serta dalam upaya kudeta mulai mengambil alih bangunan utama pemerintah, jembatan dan bandara pada jam 9.30 malam.
Dalam pesan-pesan yang bocor itu juga termasuk bukti dari keinginan beberapa petugas polisi untuk bergabung dalam kudeta. Mereka menkonfirmasi bahwa otoritas mengetahui komplotan tersebut pada jam 10 malam, mendesak pemimpin kudeta untuk mengirim perintah pada tentara agar menembak jika ada pasukan keamanan yang melawan mereka.
Kepala biro Aljazeera di Istanbul, Abdul Azim Mohamed, mengonfirmasi bahwa tiga helikopter yang membawa 40 tentara dari Pasukan Elit militer tiba di hotel di kota Marmaris tempat Erdogan sedang berada untuk menangkap atau membunuh sang presiden. Erdogan telah meninggalkan tempat tersebut dengan helikopter pribadi satu setengah jam sebelumnya. Pengawal presiden menghadapi tentara elit tersebut, sejumlah tentara yang lari melintasi pegunungan setelah salah satu helikopter jatuh.
Jurnalis Aljazeera mengatakan bahwa komandan dari kepolisian di Bursa, Kolonel Muharrem Kose, ditangkap tiga jam setelah percobaan kudeta.
Dia memiliki sebuah catatan lebih dari 80 tokoh yang diharapkan menjalankan negara setelah status darurat dideklarasikan. Catatan itu termasuk nama-nama pejabat militer, menteri-menteri, jaksa dan gubernur.
Pesan-pesan itu mengonfirmasi bahwa mantan komandan angkatan udara Jenderal Akin Ozturk berada dibalik usaha kudeta tersebut.*/Nashirul Haq AR