Hidayatullah.com—WikiLeaks mengatakan Ekuador telah mematikan akses internet pendirinya, Julian Assange, menyusul dibocorkannya email Hillary Clinton yang antara lain menyebut tentang rencana intervensi rahasia ke Suriah.
Aktivis transparansi itu mendapatkan suaka di Kedutaan Ekuador di London sejak 2012 untuk menghindari ekstradisi.
Apakah akses internet Assange itu benar-benar dimatikan oleh pihak Ekuador dan apa motifnya, belum bisa dipastikan, lapor BBC Senin (17/10/2016). Seorang wanita yang menerima telepon di Kedutaan Ekuador di London berkata, “Saya tidak bisa memberikan informasi apapun.”
WikiLeaks sendiri tidak mengangkat telepon ketika dihubungi dan juga tidak membalas email yang dikirim kemarin. Namun, lewat Twitter WikiLeaks mengatakan pihaknya telah menyiapkan rencana kontijensi terkait masalah tersebut.
Pihak Metropolitan Police di London pun menolak memberikan komentar.
Dari hasil peretasan terhadap akun email ketua tim kampanye pilpres Hillary Clinton, John Podesta, WikiLeaks berhasil mendapatkan banyak informasi menarik.
Tiga transkrip yang dirilis hari Sabtu lalu menyebutkan bahwa Clinton berpidato di depan orang-orang Goldman Sach, sebuah tudingan yang selama ini dibantah oleh pihak Hillary.
Menurut email tersebut, dalam sebuah konferensi Goldman Sach di South Carolina, Hillary Clinton mengungkapkan bahwa dia berencana melakukan intervensi rahasia di Suriah. Pernyataan Clinton itu dibuat pada tahun 2013 beberapa bulan setelah dia tidak lagi menjabat menteri luar negeri. Komentar Clinton itu merupakan jawaban atas pertanyaan dari Lloyd Blankfein, kepala eksekutif Bank Goldman Sach,.
Hillary Clinton mendapatkan bayaran $225.000 untuk memberikan ceramah di hadapan para pegawai bank itu, yang merupakan salah satu lembaga keuangan terbesar di dunia.
Tidak hanya itu, bahasa yang dipakai dalam email-email tersebut juga mengungkap hubungan sangat akrab antara Hillary Clinton dengan para pejabat bank di Amerika dan pengusaha besar di Wall Street .*