Hidayatullah.com—Kemarahan merebak di media sosial hari Kamis (3/11/2016) setelah terungkap bahwa pihak berwenang di Kanada menyadap telepon sedikitnya tujuh jurnalis investigasi. Telepon yang disadap termasuk milik reporter ternama La Presse, Patrick Lagace, yang disadap oleh Kepolisian Montreal.
“Saya hidup di alam fiksi mengira bahwa polisi tidak akan berani melakukan hal itu, dan dalam fiksi hakim-hakim melindungi para jurnalis -yang dengan demikian juga melindungi publik- melawan jenis-jenis intrusi polisi seperti ini,” kata Lagace. “Jelas sekali saya naif,” imbuhnya seperti dikutip Deutsche Welle.
La Presse mengatakan unit investigasi khusus dari Kepolisian Montreal telah melacak telepon-telepon milik kolumnis mereka dengan menggunakan chip GPS. Polisi kemudian memindai semua nomor yang muncul dalam sambungan telepon keluar dan masuk.
Kepala Kepolisian Philippe Pichet mengakui bahwa pihaknya memonitor pergerakan Lagace, tetapi dengan surat resmi dari pengadilan, dengan alasan “keadaan luar biasa.” Pihak berwenang memiliki alasan untuk berkeyakinan bahwa wartawan itu melakukan kontak dengan tersangka-tersangka kasus yang sedang mereka selidiki.
Lagace, meragukan klaim pihak kepolisian itu. Dia mengatakan berita tentang kasus yang dimaksud justru dikabarkan pertama kali bukan oleh media tempatnya bekerja, tetapi oleh media lain. Menurut Lagace, motif sesungguhnya dari polisi adalah untuk melacak petugas-petugas dari departemen kepolisian sendiri yang secara sembunyi-sembunyi berbicara kepada pers.
Kasus yang dimaksud berkaitan dengan dua petugas kepolisian anti-geng, yang ditangkap pada musim panas lalu dan didakwa melakukan pemalsuan alat bukti.
Pichet juga mengatakan bahwa tidak ada jurnalis lain yang dimata-matai oleh kepolisian, sepanjang yang dia tahu.
Namun, stasiun televisi CBC melaporkan bahwa sedikitnya 6 jurnalis lain juga dimata-matai oleh berbagai level dari pihak keamanan Kanada.
Terungkapnya aksi pengintaian terhadap awak-awak media itu menyulut kritikan pedas di negara yang sangat bangga dengan citra sebagai surga kebebasan dan kemajuan itu.
Menanggapi masalah tersebut, Perdana Menteri Justin Trudeau hari Rabu kemarin mengatakan bahwa pemerintahannya “membela kebebasan pers.” Namun, dia juga mengatakan harus menunggu hasil pembicaraan antara pemerintah daerah Montreal dengan kepolisian setempat dulu sebelum memberikan pernyataan resmi terkait masalah itu.
Pemerintah Daerah Provinsi Quebec telah mengecam tindakan pengintaian atas para jurnalis yang menggunakan perintah pengadilan tersebut, dan hari Selasa mengumumkan bahwa pihaknya akan menyelidiki dugaan tindakan tidak patut yang dilakukan oleh aparat keamanan.*