Hidayatullah.com—Presiden Prancis Francois Hollande hari Kamis (1/12/2016) membuat pernyataan yang cukup mengejutkan publik dengan mengumumkan tidak akan mengajukan diri sebagai presiden untuk periode kedua tahun depan, mengakui popularitasnya yang terus melorot.
“Saya menyadari resikonya hari ini bahwa menjalani rute yang tidak akan memperoleh dukungan cukup akan mengundang konsekuensi yang tak terhindarkan, karena itu saya memutuskan untuk tidak menjadi salah satu kandidat dalam pemilihan presiden [mendatang],” kata Hollande dalam pidato yang disiarkan di televisi seperti dilansir Reuters.
Diliputi masalah pengangguran yang semakin tinggi, Holande adalah presiden paling tidak populer dalam sejarah jajak pendapat di Prancis.
Hollande, seorang politisi sosialis, mengalahkan petahana dari kubu konservatif Nicolas Sarkozy dalam pilpres Mei 2012, lewat kampanyenya yang menarget perusahaan-perusahaan besar dan berjanji akan menaikkan pajak orang-orang kaya.
Namun, popularitasnya turun dengan cepat disebabkan kekurangcakapannya dalam kepemimpinan dan kebimbangannya dalam menangani sejumlah isu penting, terutama reformasi pajak, yang mengecewakan banyak orang dari golongan kiri. Popularitasnya semakin jatuh karena angka pengangguran yang tinggi serta pertumbuhan ekonomi yang melemah.
Para pendukungnya di akar rumput harus menelan kekecewaan setelah pada tahun 2014 Hollande justru menunjukkan keberpihakannya pada kaum pengusaha, sehingga rakyat yang kecewa dengan peraturan perundangan perburuhan yang baru memilih turun ke jalan melakukan unjuk rasa.
Hollande juga tidak pandai menata persoalan pribadi. Pada tahun 2014, perpisahannya dengan Valerie Trierweiler, seorang janda yang menjadi pacarnya sejak wanita itu masih berstatus menikah, menimbulkan kehebohan besar di Prancis. Rahasia “kamar tidur” bahwa Hollannde selingkuh dari pacarnya politisi Marie-Ségolène Royal dan menjalin asmara dengan Trierweiler menjadi konsumsi publik. Tidak hanya itu, beberapa bulan kemudian media merekam bagaimana seorang kepala negara mengendap-endap di malam hari dengan dibonceng skuter menyambangi kediaman aktris Julie Gayet, kekasihnya yang baru.
Akibat skandal-skandal asmara tersebut, ditambah prestasi kerjanya yang buruk, sebagian pihak menilai Hollande bukan sosok pemimpin yang ideal.
Kasus terbaru di bulan Oktober, dalam wawancara dengan dua jurnalis Le Monde yang dituangkan dalam buku mereka, Hollande justru mengkritik sekutu-sekutu politiknya sendiri, serta beberapa orang lain mulai dari hakim hingga pemain sepakbola. Pernyataan yang dikemukakan Hollande dalam wawancara itu dinilai khalayak luas tidak pantas diucapkan oleh seorang presiden.
Parahnya lagi, terungkap kemudian bahwa dinas rahasia Prancis pernah melaksanakan 4 pembunuhan atas perintah Hollande.*