Hidayatullah.com—Untuk pertama kali dalam kurun 40 tahun terakhir, Iran memiliki pesawat penumpang buatan negara Barat, yang salah satunya tiba hari Kamis (12/1/2017).
Airbus A321 itu merupakan pesawat pertama dari 200 pesawat sejenis pesanan Iran, yang terdiri dari 100 jet Airbus, 80 pesawat buatan Boeing, serta 20 pesawat turbo prop buatan ATR Prancis.
“Ini adalah momen bersejarah bagi Iran, menandakan akhir dari era sanksi yang dijatuhkan atas negeri ini … Ini adalah permulaan dari pengiriman pesawat lain dan renovasi armada Iran yang menua,” lapor stasiun televisi pemerintah seperti dilansir Deutsche Welle.
Negeri Syiah itu memiliki 250 pesawat komersial, kebanyakan dibeli sebelum tahun 1979, yang pada 2016 hanya 162 pesawat yang bisa dioperasikan. Kebanyakan dari pesawat tua itu dikandangkan sebab kekurangan suku cadang.
Armada Iran Air merupakan salah satu yang paling tua di dunia dan selama ini mengandalkan suku-suku cadang hasil selundupan atau modifikasi agar pesawat-pesawatnya bisa mengudara.
Maskapai penerbangan milik negara itu dalam websitenya mencantumkan armada berkekuatan 43 pesawat dan menawarkan lebih dari 30 tujuan internasional, termasuk London dan beberapa lokasi di Jerman.
Negeri Persia itu bertubi-tubi dijatuhi sanksi internasional sejak 1979, ketika kelompok Syiah garis keras menggulingkan pemerintahan yang akrab dengan negara-negara Barat dan menduduki gedung Kedutaan Amerika Serikat, menyandera puluhan orang dan menyekap mereka selama 15 bulan.
Dalam perkembangannya, pemerintahan Iran yang dikendalikan oleh imam-imam Syiah hingga saat ini, mengembangkan teknologi nuklir yang menurut Teheran hanya untuk kebutuhan listrik.
Tahun 2015, sejumlah kekuatan dunia dan pemerintah Teheran mencapai kesepakatan soal program nuklir Iran. Kesepakatan yang ditandatangani Iran, Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia dan China itu menyeru agar Iran mematuhi pengawasan terhadap program nuklirnya dan menjaminnya tidak akan dipakai untuk membuat senjata nuklir. Sebagai imbal-balik sanksi-sanksi internasional yang dijatuhkan atas Iran akan dicabut.
Kesepakatan pembelian pesawat dengan Airbus dikabarkan bernilai $18 miliar dan dengan Boeing $16,6 miliar.
Taktik pembelian pesawat dari Airbus membuat presiden AS terpilih Donald Trump akan sulit merealisasikan rencananya untuk membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran yang dibuat pemerintah Obama. Pasalnya, jika kesepakatan itu dibatalkan berarti kerugian besar bagi industri pesawat terbang kebangggan Amerika Serikat Boeing, sebab Iran hanya akan membeli pesawat dari Eropa.
“Sampai saat ini semuanya telah dilakukan sesuai dengan regulasi dan peraturan internasional,” kata pimpinan Iran Air Farhad Parvaresh. “Kami berharap tidak ada hal khusus yang terjadi sampai kontrak ini berakhir,” imbuhnya.*