Hidayatullah.com–Kelompok pejuang pembebasan yang juga penentang rezim Bashar al-Assad akan menghadiri pembicaraan yang diinisiasi Rusia dan Turki di Kazakhstan untuk menekan implementasi gencatan senjata yang mereka katakan telah banyak dilanggar rezim dan didukung sekuturnya, Rusia, Iran dan milisi Syiah.
”Seluruh anggota oposisi bersenjata akan datang. Semuanya sudah sepakat,” kata Mohammad Alloush, petinggi Jaishul Islam. Dia mengaku berbicara atas nama kelompok-kelompok oposisi bersenjata yang lain. Rencananya dialog damai itu berlangsung di Kota Astana, Kazakhstan. Negara itu dipilih sebagai tuan rumah karena dianggap netral.
”Dialog di Astana adalah sebuah proses untuk mengakhiri pertumpahan darah yang disebabkan rezim Bashar al Assad dan sekutu-sekutunya. Kami sangat ingin rangkaian kejahatan ini segera berakhir,” ungkap Alloush.
Hal yang sama dipaparkan Ahmad Al Othman dari faksi oposisi bersenjata Sultan Murad. Dia menyatakan bahwa kelompoknya siap mendukung keputusan bersama oposisi bersenjata.
Zakaria Malahifji dari kelompok Fastaqim mengatakan, mayoritas kelompok penentang memutuskan untuk menghadiri perundingan itu yang akan diadakan di Astana, ibukota Kazakhstan, dialog yang akan digelar pada 23 Januari depan.
“Sebagian besar kelompok memutuskan untuk hadir,” kata Zakaria Malahifji dari kelompok Fastaqim dikutip RadioFreeEurope.
“Diskusi difokuskan pada gencatan senjata – isu kemanusiaan, pengiriman bantuan dan pembebasan tahanan,” katanya.
Dalam saat sama, konsultan kelompok oposisi, Mohammad Alloush mengatakan di Amman, Yordania, dia akan memimpin perwakilan kelompok itu.
Badan oposisi yang didukung Arab Saudi, Komite Tinggi Negosiasi (HNC), menyatakan telah mendukung upaya menuju perdamaian ini. Mereka memandang pertemuan tersebut sebagai langkah awal untuk melanjutkan negosiasi politik di Jenewa.
HNC yang dibentuk di Riyad, Desember 2015, terdiri atas oposisi politik dan bersenjata pemerintah Assad.
29 Desember lalu Moskow mengumumkan bahwa Rusia dan Turki sebagai penggagas gencatan senjata mengatakan bahwa pihaknya telah menyatakan kesediaan untuk memulai pembicaraan damai.
Rusia mengatakan diantara yang akan menghadiri pembicaraan di Astana termasuk Mesir, Arab Saudi, Qatar, dan Jordan.
Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Gennady Gatilov mengatakan pihaknya berharap perundingan yang digagas Moskow dan Teheran berharap fokus pada pembahasan mengenai apa yang dibutuhkan untuk memperoleh gencatan senjata secara menyeluruh di Suriah.*