Hidayatullah.com–Lembaga Oxfam menyebutkan harta total empat orang terkaya di Indonesia, yang tercatat sebesar 25 miliar dolar AS, setara dengan gabungan kekayaan 100 juta orang termiskin.
Dalam laporannya, Oxfam menyatakan kekayaan empat milyader terkaya di nusantara, tinggi dari total kekayaan 40 persen penduduk miskin – atau sekitar 100 juta orang. Indonesia masuk dalam enam besar negara dengan tingkat kesenjangan ekonomi tertinggi di dunia. Pada tahun 2016, satu persen orang terkaya memiliki hampir setengah (49 persen) dari total kekayaan populasi.
Hanya dalam satu hari, orang Indonesia terkaya bisa mendapatkan bunga deposito dari kekayaannya, lebih dari seribu kali daripada dana yang dihabiskan penduduk Indonesia termiskin untuk kebutuhan dasar sepanjang tahun. Jumlah uang yang diperoleh setiap tahun dari kekayaan itu bahkan akan cukup untuk mengangkat lebih dari 20 juta orang Indonesia keluar dari jurang kemiskinan.
Oxfam juga melaporkan dikutip DW, walau menyandang predikat negara dengan pertumbuhan urbanisasi tertinggi di Asia, ketimpangan penduduk di perkotaan di Indonesia meningkat, demikian pula ketimpangan antara daerah pedesaan dan perkotaan. Oxfam mengingatkan, kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin merupakan ancaman serius bagi kesejahteraan masa depan Indonesia.
Menurut Oxfam, Rusia menempati posisi pertama negara dengan ketimpangan ekonomi terbesar sejagad. Dalam penelitian Credit Suisse ditemukan 74,5% kekayaan negara dikuasai 1% orang-orang termakmur di negeri itu. Di negara ini terdapat sekitar 96 milyarder – total yang hanya dilampaui oleh China dengan 244 orang dan Amerika Serikat dengan 582 orang.
Dalam laporan terbaru Oxfam berjudul “Menuju Indonesia yang Lebih Setara” disebutkan bahwa penyebab ketidaksetaraan di Indonesia sangat kompleks. Di antaranya akibat kebijakan-kebijakan tertentu.
Fundamentalisme pasar diperkenalkan setelah krisis keuangan menghantam Indonesia tahun 1997. Segelintir orang menggunakan kekayaan mereka untuk mempengaruhi kebijakan dengan mengorbankan banyak hal. Gaji buruh rendah dan ketidakamanan kontrak kerja menjadi unsur penyumbang ketidakserataan ekonomi. Demikian pula akses dan infrastruktur tidak merata antara daerah pedesaan dan perkotaan, seperti misalnya penyediaan listrik dan jalan raya.
Belum lagi, konsentrasi kepemilikan tanah di tangan perusahaan-perusahaan besar dan orang-orang kaya. Sistem perpajakan telah gagal memainkan peran penting dalam mendistribusikan kekayaan, dan jauh dari potensi untuk membiayai pelayanan publik yang bisa membantu mengurangi ketimpangan itu.
Lembaga ini juga menyebutkan, Keluarga Hartono, pemilik perusahaan Djarum yang berpangku pada dua saudara, Robert dan Michael, oleh Forbes pernah ditaksir memiliki kekayaan senilai 15,4 milyar Dollar AS atau sekitar 200 trilyun Rupiah.
Selain produsen rokok Djarum, keluarga Hartono juga memegang saham terbesar di Bank Central Asia (BCA), produsen elektronik Polytron dan Mall Grand Indonesia. Hartono bersaudara adalah keluarga terkaya di Indonesia saat ini. Diilansir dari AP, dalam penelitiannya, Forbes mencatat nama Budi dan Michael Hartono serta Susilo Wonowidjojo termasuk dalam jajaran orang-orang terkaya di dunia.
Baca: 1 Persen Penduduk Indonesia Menguasai Hampir 70 Persen Aset Negara
Sementara itu, pungutan pajak di Indonesia sebagai persentase dari pendapatan kotor di Indonesia merupakan yang terendah kedua di Asia Tenggara. Pada tahun 2014, US $ 100 milyar mengalir dari Indonesia ke negara-negara lain untuk menghindari pajak. Angka itu setara dengan hampir 10 kali anggaran pendidikan di tanah air pada tahun yang sama.
Padahal, penerimaan pajak diperlukan untuk membiayai pelayanan publik yang vital untuk memberikan kesempatan bagi semua orang. Di lain sisi, sistem pendidikan kekurangan dana, sehingga tidak memberikan kesempatan meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan orang untuk memasuki dunia kerja. Itu artinya, jutaan pekerja tidak dapat mengakses keterampilan tinggi yang bisa meningkatkan pendapatan.
Dengan menggunakan patokan garis kemiskinan moderat versi Bank Dunia, yang mematok pada pendapatan US $ 3,10, maka tercatat 93 orang Indonesia masih hidup dalam kemiskinan. Oxfam merekomendasikan agar pemerintah Indonesia segera mengambil langkah dalam mengurangi kesenjangan ekonomi.*