Hidayatullah.com—Presiden Bolivia Evo Morales menandatangani undang-undang baru berupa kebijakan perluasan lahan hampir dua kali lipat yang secara legal dapat ditanami dengan tanaman koka, bahan pembuat kokain.
Berdasarkan peraturan perundangan baru itu, total 22.000 hektar bisa ditanami koka di seluruh penjuru negeri. Bandingkan dengan 12.000 hektar berdasarkan UU sebelumnya.
Tanaman koka adalah bahan baku kokain, yang juga digunakan secara tradisional oleh orang-orang di kawasan Pegunungan Andes.
Daun koka digunakan penduduk setempat sebagai minuman teh untuk mengatasi sakit akibat tinggal di daerah dataran tinggi. Ketika dikunyah, daun itu memberikan stimulasi ringan dan menekan rasa lapar, haus serta rasa sakit.
Morales, presiden Bolivia pertama yang berasal dari suku asli penduduk setempat, sejak lama mendukung agar kebiasaan mengunyah daun koka dilegalkan secara global. Dia mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa agar menyatakannya legal. Hingga sekarang, Morales masih mengetuai persatuan petani koka di kawasan Chapare.
“Kami ingin menjamin suplai koka tersedia selamanya” bagi orang-orang yang menggunakan daunnya secara legal, kata politisi sayap kiri itu dalam sebuah pidatonya.
⇒Impor kokain Jerman melonjak tajam
Wakil rakyat dari oposisi mengatakan UU baru itu tidak konstitusional dan melanggar traktat internasional. Mereka berpendapat kebijakan tersebut justru akan menguntungkan pelaku perdagangan narkoba.
Dengan UU baru itu, pemerintah Bolivia berharap akan dapat meningkatkan ekspor daun koka, menurut laporan koran lokal La Razor, seperti dilansir BBC Rabu (8/3/2017). Produk daun koka sudah secara legal diekspor ke Ekuador.
Meskipun UU sebelumnya membatasi ladang koka legal hanya 12.000 hektar, tetapi pada kenyataannya di tahun 2014 lahan yang dipakai untuk menanam tanaman semak koka di seantero Bolivia mencapai 20.400 hektar, menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa. Jumlah itu mencakup 15% ladang koka di seluruh dunia.
Bolivia adalah negara terbesar ketiga produsen kokain setelah Kolumbia dan Peru.
Tahun 2013, Uni Eropa memperkirakan bahwa permintaan akan koka legal di Bolivia mencapai 14.700 hektar.
Paus Fransiskus mengunyah koka?
Saat Paus Fransiskus melawat ke sejumlah negara di Amerika Selatan pada Juli 2015, otoritas di Bolivia mengatakan bahwa pemimpin tertinggi Katolik Roma itu meminta agar dapat mengunyah koka guna membantunya mengatasi efek berada di dataran tinggi di La Paz.
Akan tetapi, Paus Fransiskus -yang berasal dari Argentina- mengatakan kepada para wartawan bahwa dia tidak mengunyah koka saat mengunjungi Bolivia.
Fransiskus mengatakan hal itu saat ditanya oleh seorang wartawan perihal rahasia staminanya sehingga kuat berkeliling ke negara-negara Amerika Selatan yang berakhir pada 12 Juli 2015.
Fransiskus mengatakan bahwa dia mengkonsumsi mate, minuman teh tradisional dari negara asalnya Argentina, yang membantunya bisa terus melakukan aktivitasnya.
“Anda ingin bertanya kepada saya tentang obat-obatan pilihan saya? Well, mate membantu saya. Namun, saya belum pernah mencoba koka, itu penjelasan saya,” kata Fransiskus dalam penerbangan dari ibukota Paraguay, Asuncion, menuju Roma, seperti dikutip BBC.
Minuman tradisional mate dibuat dari daun yerba mate yang dikeringkan lalu diseduh seperti orang membuat minuman teh pada umumnya. Meskipun berasal dari Argentina, mate juga populer di kalangan komunitas Druze di Suriah dan Libanon, yang mengimpor yerba mate dari Argentina.
Menurut situs kesehatan Mayo Clinic, yerba mate bisa mengusir penat. Namun, jika dipergunakan dalam waktu lama dan dalam jumlah banyak dapat meningkatkan resiko kanker, terutama di bagian mulut, esofagus dan paru-paru. Ditambah dengan kebiasaan merokok, mengkonsumsi yerba mate diyakini ampuh untuk mendapatkan penyakit itu.*