Hidayatullah.com—Fuat Yildirim, muadzin di masjid yang menjadi tempat berlindung para demonstran Taman Gezi yang terluka, mengatakan bahwa dirinya tidak melihat ada orang yang menenggak minuman keras di dalam masjid.
“Saya tidak melihat ada orang yang mengkonsumsi alkohol di dalam masjid atau memegang botol minuman beralkohol,” kata Yildirim dalam wawancaranya dengan harian Yurt dikutip Hurriyet Daily News (27/6/2013).
Yildirim mengatakan dirinya tidak bisa bohong sebab dia orang beriman. “Saya tidak bisa mengatakan apa yang tidak saya lihat,” ujarnya.
Meskipun demikian, Yildirim mengaku melihat sebuah botol di luar masjid yang mirip dengan botol bir.
Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan berulang kali dalam pidato-pidatonya selama tiga pekan terakhir mengatakan bahwa ada demonstran yang menenggak minuman keras di dalam masjid. Erdogan juga mengatakan, demonstran memasuki ruangan masjid dengan memakai alas kaki.
Polisi Turki melakukan penyelidikan setelah Erdogan mengungkapkan masalah itu dalam sejumlah pidatonya di ibukota Ankara dan Istanbul.
Yildirim mengatakan, dia telah membuat pengakuan di Departemen Kontra-Terorisme di Kepolisian Nasional Turki selama enam jam, sebagai bagian dari penyelidikan.
Muadzin tersebut mengatakan, pertolongan pertama pada kecelakaan bagi para demonstran yang terluka diberikan di Masjid Dolmabahce antara 31 Mei dan 3 Juni, saat terjadi bentrokan pertama antara pengunjuk rasa dengan polisi yang cukup sengit.
Sejak 31 Mei Turki diguncang unjuk rasa besar menentang pemerintahan Perdana Menteri Erdogan. Masalah bermula dari rencana pemerintah mengalihfungsikan Taman Taksim Gezi, yang terletak di dekat Lapangan Taksim. Taman itu merupakan sebuah taman kecil dan salah satu ruang hijau umum yang tersisa di kota metropolitan Istanbul. Lokasi bekas barak militer yang pernah ada di tempat itu akan diubah menjadi pusat perbelanjaan. Tidak terima dengan rencana pemerintah mengubah kawasan hijau publik menjadi lokasi komersial, rakyat Turki pun melakukan unjuk rasa.
Namun, demonstrasi itu kemudian ditunggangi banyak pihak, mulai dari aktivis lingkungan hingga kelompok oposisi dan liberal yang menginginkan Turki menjadi negara sekuler murni. Mereka menuding Erdogan, yang berlatar belakang partai Islam, ingin mengislamisasi negara sekuler Turki.*