Hidayatullah.com—Sebuah program pemerintah Amerika Serikat yang mengubah lahan pertanian menjadi habitat alam liar justru memicu pertumbuhan gulma yang mengancam lahan tanaman jagung.
Tanaman liar itu sulit dibasmi, jika tidak diperiksa maka akan menghancurkan 91 persen lahan tanaman jagung yang terjangkit, menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Gulma itu menyebar di wilayah Iowa, yang menghasilkan hampir seperlima produksi jagung AS dan pada 2016 mengekspor jagung dan kedelai bernilai lebih dari $1 miliar.
Conservation Reserve Program, yang digagas pemerintah federal, membayar para petani untuk mengubah lahan produktifnya guna konservasi alam untuk meningkatkan kualitas air, mencegah erosi tanah dan melindungi spesies-spesies langka.
Gulma bermasalah itu, Palmer amaranth, menyebar melalui benih yang dijual ke petani peserta program konservasi, menurut ilmuwan gulma terkemuka Iowa, Bob Hartzler, dan kelompok konservasi Pheasants Forever, lapor Reuters Rabu (5/4/2017).
“Kami sangat yakin bahwa sebagian dari campuran benih ini terkontaminasi,” kata Hartzler, profesor agronomi dari Universitas Negeri Iowa.
Dia mengatakan, salah satu penjual benih adalah Allendan Seed Company, produsen benih rumput serta tanaman bunga liar untuk lahan konservasi terbesar di Iowa.
Dalam tanggapan tertulis untuk menjawab pertanyaan dari Reuters, Allendan mengatakan kemungkinan dalam campuran benih itu terdapat benih pigweed, tanaman semak yang biasa digunakan untuk pakan ternak babi.
Palmer amaranth adalah salah satu jenis pigweed. Allendan tidak mengkonfirmasi apakah pihaknya menemukan benih itu dalam produksinya. Perusahaan itu mengatakan bahwa laboratorium-laboratorium luar yang disewanya untuk menguji kualitas benih tidak dapat membedakan Palmer amaranth dari jenis pigweed lainnya.
Banyak petani bergabung dengan program konservasi itu pada tahun-tahun belakangan ini, karena hasil pertanian mereka kurang memuaskan. Gulma itu bisa dibunuh dengan mencerabut akarnya, tetapi biaya pembersihannya merupakan masalah lain bagi para petani Amerika, produsen jagung terbesar dunia, yang sudah kekurangan uang selama bertahun-tahun.
Program konservasi itu dilaksanakan oleh Natural Resources Conservation Service (NRCS) dan Farm Service Agency (FSA) yang berada di bawah USDA. Para pejabat NRCS mengakui bahwa campuran benih yang terkontaminasi untuk lahan konservasi telah mengakibatkan penyebaran Palmer amaranth.
Namun, baik NRCS maupun FSA menolak bertanggung jawab atas terjadinya bencana itu, sebab mereka tidak menyuplai atau menguji benih yang dipakai petani untuk mengubah lahan pertanian menjadi habitat alam liar. Para pemilik lahan yang bertanggung jawab mencari benihnya sendiri.
Menurut Jimmy Bramblett, wakil kepala bidang sains dan teknologi di NRCS, tidak satupun perusahaan atau lembaga yang terlibat dalam program konservasi itu patut dipersalahkan. “Hal itu terjadi begitu saja,” ujarnya.
Meskipun demikian, menurut Bramblett, NRCS mempertimbangkan untuk memberikan bantuan finansial bagi petani di Iowa guna mengontrol pertumbuhan gulma itu, dan bekerja sama dengan komunitas petani dan lembaga pemerintah lainnya untuk mengatasi masalah tersebut.
Sementara itu di negara bagian Minnesota, pihak berwenang juga sedang menyelidiki apakah program konservasi alam secara tidak sengaja mengakibatkan penyebaran gulma tersebut di wilayahnya.
Palmer amaranth tiba di Iowa pertama kali pada 2013. Namun tahun lalu, gulma itu diketahui sudah merambat ke seluruh pelosok negara bagian, menyebar dari 5 ke 48 dari 99 county yang ada di Iowa, menurut data Universitas Negeri Iowa.
Palmer amaranth berasal dari wilayah barat daya Amerika Serikat. Tanaman liar ini dapat tumbuh hingga 2 inci (5cm) setiap hari dan bisa mencapai ketinggian 10 kaki Gulma ini memproduksi 500.000 biji benih seukuran biji lada (merica), yang mudah berpindah tempat dengan hembusan angin, menyangkut di peralatan atau kendaraan pertanian.*