Hidayatullah.comāSerangan sebuah bom mobil dan menembaki pos militer Mesir di timur laut Semenanjung Sinai hari Jumat, menyebabkan 23 tentara terbunuh dan 33 lainnya terluka, petugas keamanan Mesir mengatakan.
Serangan itu dimulai ketika sebuah pengebom bunuh diri menabrakkan mobilnya ke pos di komplek militer di selatan desa El-Barth, Rafah, disusul dengan tembakan senjata berat dari lusinan militan bertopeng.
Korban terbunuh termasuk seorang perwira tinggi pasukan khusus, Kolonel Ahmed el-Mansi, dan sekitar 20 lainnya terluka dalam serangan itu. Sirine ambulans dapat terdengar dari kejauhan ketika mereka dikirim ke tempat itu. Pejabat keamanan berbicara dalam kondisi anonim karena mereka tidak diperbolehkan berbicara pada media.
Pada halaman resmi Facebook-nya, juru bicara angkatan darat Tamer el-Rifai mengkonfirmasi serangan tersebut dan mengatakan bahwa 26 personel angkatan darat terbunuh atau terluka dalam serangan, tanpa memberikan rincian lainnya.
Dia juga mengatakan bahwa angkatan darat menggagalkan beberapa serangan yang menarget sejumlah pos lainnya di Rafah selatan dan mengatakan 40 militan telah terbunuh.
Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Namun, Mesir pada tahun-tahun terakhir ini telah bertempur dalam pemberontakan yang meningkat di SinaiĀ utara, kebanyakan dengan militan dari kelompok yang berafiliasi dengan ISIS.
Baca:Ā Manuskrip Medis dari Abad Ke-6 Ditemukan di Biara St Catherine Sinai Mesir
Para petugas keamanan mengatakan mengatakan para militan tiba di pos tersebut ā yang bertempat di lokasi terpencil, wilayah gurun ā dengan 24 SUV Land Cruiser.
Para penyerang melepaskan tembakan pada tentara dengan senapan mesin selama hampir satu setengah jam, kata mereka. Pasukan yang saat itu berada di kompleks tersebut diperkirakan berjumlah 60 tentara.
Setelah serangan, para militan menjarah pos tersebut, mengambil senjata dan amunisi. Belum jelas apakah mereka juga mengambil kendaraan bersenjata.
Saksi mata mengatakan mereka melihat helikopter Apache melancarkan serangan udara di sepanjang Rafah setelah serangan itu, tulis dailysabah.com.
Kompleks militer lain yang paling dekat berjarak satu jam perjalanan mobil, yang menyebabkan tentara tidak dapat menerima dukungan pasukan selain dari warga setempat, suku bersenjata dari Tarabeen yang memiliki pos keamanan mereka sendiri yang tidak jauh dari tempat insiden.
Wilayah terjadinya serangan itu merupakan benteng ISIS dan lokasi pertempuran sengit pada musim semi antara anggota suku dan militan.
Sumber pemerintah mengatakan pada AP bahwa beberapa pejabat senior militer telah menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap lokasi pos tersebut, yang kata mereka tidak memiliki cukup perlindungan.
Meskipun gagal menduduk wilayah-wilayah tersebut, anggota ISIS di Sinai banyak bertempat di Rafah barat dan selatan, pinggiran Sheikh Zueweid, dan di dalam wilayah pemukiman kota terbesar Sinai, El-Arish.
Selama beberapa bulan terakhir, ISIS telah memfokuskan serangannya pada kelompok minoritas Kristen Mesir dan melancarkan setidaknya empat serangan mematikan yang membunuh lusinan, mendorong Presiden Abdul Fattah al-Sisi mendeklarasikan keadaan darurat sejak Oktober 2014 setelah ISIS membunuh lebih dari 30 tentara dalam sebuah serangan tunggal.
Kelompok ISIS cabang Sinai nampak sebagai yang paling tangguh di luar Iraq dan Suriah. Cabang kelompok itu di Libya telah terpecah belah dalam pertempurang yang berlangsung berbulan-bulan di Kota Sirte.*