Hidayatullah.com–Mantan Mursyid al Ikhwan al Muslimun Mohammed Mahdi Akef, yang membantu organisasi tersebut menjadi gerakan oposisi terbesar, meninggal pada usia 89 di Rumah Sakit Kairo kemarin, tulis Middle East Eye (MEE).
Putrinya, Aliya Mahdi Akef, mengumumkan kepergian Mohammed Mahdi melalui halaman Facebook-nya.
Sepuluh bulan sebelum meninggal, Mohammed Mahdi dipindahkan dari penjara ke Rumah Sakit Kairo untuk pengobatan kanker, kata pengacara Abdel Moneim Abdel Maqsud.
Mahdi dipenjara pada tahun 2013 setelah pasukan yang dipimpin oleh Jenderal Abdul Fatah al-Sisi merebut kekuasaan secara tidak sah dari Presiden Mohamad Mursi, dan memenjarakan para pendukung dan anggota Ikhwanul Muslimin.
Selama dipenjara, kondisi kesehatannya semakin buruk dari hari ke hari.
Mahdi Akef lahir pada tahun 1928, memimpin Ikhwanul Muslimin dari tahun 2004 sampai 2010. Dia bergabung dengan Ikhwanul Muslimin pada tahun 1940, yang kemudian dipimpin oleh Hassan al Banna.
Di bawah kepemimpinannya, Ikhwanul Muslimin pernah memenangkan 20 persen kursi parlemen pada pemilihan tahun 2005, sebuah pencapaian bersejarah bagi gerakan tersebut saat dipimpin rezim tangan besi Hosni Mubarak, sebelum rezim al-Sisi.
Kelompok ini muncul sebagai kekuatan oposisi terorganisir melawan pemerintahan Presiden Hosni Mubarak, berkampanye melawan kebrutalan polisi, korupsi dan ketidaksetaraan yang sedang merajalela.
Mubarak akhirnya digulingkan pada 2011 setelah 18 hari pemberontakan.
Mahdi menghabiskan 26 tahun di penjara. Pertama kalinya dipenjara setelah peristiwa gagalnya pembunuhan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser tahun 1954.
Mahdi Akef ditangkap 4 Juli 2013 dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas tuduhan memainkan peranan hingga menyebabkan kematian 12 demonstran Ikhwanul Muslimin pasca Mohammad Mursi digulingkan militer.*