Hidayatullah.com– Kanselir Jerman Angela Merkel kembali mempertahankan jabatan setelah memenangkan Pemilihan Umum (Pemilu) yang digelar Ahad (24/09/2017), di saat yang sama, kelompok kanan anti Islam berhasil menjadi partai ketiga terbesar di parlemen.
Dengan kemenangan ini, Angela Merkel akan menjabat sebagai Kanselir Jerman untuk keempat kalinya.
Lusinan pengunjuk rasa berkumpul di luar kantor pusat partai sayap kanan anti-Islam itu di Berlin. Sebagian dari mereka membawa poster bertuliskan, “Pengungsi dipersilakan datang,” sebagaimana dikutip BBC.
Demonstrasi serupa juga berlangsung di Frankfurt dan Koeln.
Sementara itu, partai nasionalis radikal anti Islam, Alternatif fuer Deutschland (AfD), meraih lonjakan suara yang bersejarah dan akan berhasil mendapatkan kursi untuk pertama kalinya.
Partai yang didirikan Mei 2013 menurut riset FORSA memiliki 70% pemilih pria berusia di atas 50 sebelumnya berkampanye menuntut dibubarkannya zona mata uang Euro dan memberi tekanan khusus pada program anti Islam.
Dalam sebuah demonstrasi bulan April 2017, di kota Koeln, AfD mengkampanyekan, “Islam tidak cocok dengan budaya Jerman.”
AfD juga menggelar kampanye anti Yahudi dan sentimen rasisme.
AfD meraup sukses dalam Pemilu regional di sedikitnya 10 negara bagian Jerman. Bahkan di dua negara bagian di kawasan timur Jerman, AfD raih lebih 20 persen suara. AfD memenangkan kursi pertama mereka sejak Perang Dunia II dan akan menjadi partai terbesar ketiga di parlemen.
AfD selama ini selalu menyerang kebijakan Merkel terkait isu migran dan pengungsi dari negara yang dilanda perang, terutama negara Islam seperti Suriah.
Program yang diusung AfD sangat anti-migran dan anti-Islam. Mereka pernah mengusulkan larangan pendirian menara masjid dan menganggap Islam tidak sesuai dengan tradisi Jerman.
Beatrix van Storch, salah satu petinggi AfD, dikutip BBC mengatakan, hasil Pemilu akan mengubah sistem politik Jerman. Menurutnya, parlemen hasil Pemilu memberikan suara yang menurutnya tidak terwakili di parlemen sebelum ini.
“Kami akan mulai mendebatkan isu migrasi, dan mendebatkan isu Islam.”
AfD mendorong aturan pemberian suaka yang lebih ketat untuk membatasi penyalahgunaan sistem, serta melakukan seleksi khusus terkait pendatang dari negara-negara yang selama ini dianggap aman.
Sementara koalisi konservatif Uni Demokratik Kristen (CDU) dan Uni Sosial Kristen (CSU) yang mendukung Angela Markel mendapatkan perolehan suara terburuk sepanjang 70 tahun terakhir, tapi akan tetap menguasi parlemen.
Suara rendah juga diraih partai Sosial demokrat (SPD). Partai yang tadinya turut mendukung Merkel itu menyatakan akan beralih menjadi oposisi.
Kepada para pendukungnya, Merkel yang telah 12 tahun memegang jabatan kanselir sebenarnya berharap mendapatkan hasil yang lebih baik.
Merkel mengatakan, dia akan menyimak seluruh kecemasan, kekhawatiran, dan kegelisahan para pemilih AfD. Ia bertekad memenangkan kembali suara mereka.
Merkel menyebut bahwa ke depan pemerintahannya perlu menegoisasikan isu perekonomian, keamanan dan akar persoalan migrasi–salah satu pemicu raihan positif AfD pada Pemilu kali ini.
“Hari ini kami mendapatkan mandat untuk memikul tanggung jawab pemerintahan. Kami akan menjalankannya secara tenang dan tentunya mengajak para sekutu kami untuk berdiskusi,” ujar Merkel.
Karena peluang berkoalisi dengan SPD tertutup, proses Merkel membangun koalisi baru diperkIraqan akan memakan waktu berbulan-bulan.
Perkiraan itu berkaca pada enam partai yang akan masuk ke parlemen Jerman, jumlah terbesar sejak dekade 1950-an.
Skenario yang paling memungkinkan adalah koalisi ‘Jamaika’. Istilah itu merujuk pada warna bendera partai pengusung koalisi itu: hitam untuk CDU/CSU, kuning untuk partai ramah bisnis Partai Liberal Demokrat (FDP) yang kembali ke parlemen setelah empat tahun, dan hijau untuk Gruene, Partai Hijau.
Yang menarik, semua partai saat ini menolak bekerja sama dengan AfD.*