Hidayatullah.com—Presiden Iran Hassan Rouhani mengeluarkan pernyataan sehubungan dengan aksi anti pemerintah dan mullah yang melanda negerinya.
Di depan kanal televisi pemerintah, seperti dikutip Aljazeera Ahad, (31/12/2017), Rouhani menyatakan bahwa rakyat memiliki hak untuk menggelar demonstrasi.
”Kritikan dan keberatan harus dilakukan sedemikian rupa, agar pada akhirnya situasi negara dan masyarakat akan lebih membaik,” kata Rouhani.
Hassan Rouhani menyatakan, dia tidak mempersalahkan adanya aksi demonstrasi, selama itu berlangsung dengan damai. Namun, ia menegaskan tidak akan mentolelir berbagai macam aksi yang dibumbui oleh kekerasan.
“Protes, kritik, adalah hak konstitusional rakyat Iran. Kritik berbeda dengan kekerasan, (kekerasan) menimbulkan kerusakan pada khasiat publik,” kata Rouhani melalui twitter, dilansir Sputnik hari Senin (01/01/2018).
Baca: Iran Diguncang Demontrasi Anti Pemerintah dan Anti Mullah
Di sisi lain, para pejabat Negara Iran menyalahkan kelompok asing yang dituduh menjadikan negerinya kacau.
Menteri Pertahanan Iran Brigjen Amir Hatami, hari Senin mereaksi kekacauan yang terjadi di beberapa kota Iran dengan menyalahkan imperialis dunia dan musuh seluruh musuh bebuyutan Iran, yang dinilai memprovokasi masyarakat dan mendorong mereka melakukan kerusuhan dan mengganggu keamanan.
Wakil Gubernur Provinsi Lorestan, Habibollah Khojastehpour, dalam sebuah wawancara di televisi pemerintah menampik adanya korban dan lebih menyalahkan kelompok Sunni.
“Tidak ada tembakan yang dilepaskan oleh polisi dan pasukan keamanan. Kami telah menemukan bukti musuh revolusi, kelompok takfiri dan agen asing dalam bentrokan,” sebagaimana dikutip AFP.
Istilah takfiri kerap digukan kelompok Syiah kepada kelompok Sunni anti Syiah. Juga disematkan Syiah kepada kelompok ISIS).
Sekretaris Dewan Penentu Kebijakan Negara Republik Islam Iran ikut menyalahkan Amerika Serikat karena bersimpati pada para pendemo.
“AS di era despotisme menumpas pemrotes dan hari ini menyalahgunakan protes rakyat terhadap sejumlah masalah,” kata Mohsen Rezaei, Ahad (31/12/2017) dikutip IRNA.
Ketua Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Alaeddin Boroujerdi juga menyalahkan Amerika Serikat karena dinilai ingin kacaukan Iran.
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran Ali Shamkhani mengatakan, menyikapi aksi gelombang protes dan reaksi anti Iran di dunia maya dalam beberapa hari sebagai perang proxy terhadap negara dengan mayoritas Syiah ini.
“Hashtag dan pesan-pesan tentang kondisi beberapa hari terakhir di Republik Islam Iran dipandu dari dalam Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya termasuk Inggris dan Arab Saudi,” ujarnya Ali Shamkhani dalam wawancara dengan al-Mayadeen Lebanon, Senin (01/01/2018) dikutip laman media Syiah, Parstoday.
Protes hari Sabtu, menandai penumpasan akhir pergolakan pada tahun 2009 oleh pasukan keamanan, dengan beberapa peristiwa pro pemerintah di Teheran dan Mashad, kota kedua Iran. Pawai-pawai pro pemerintah berlangsung di 1.200 kota, menurut laporan televisi pro pemerintah.
Protes politik secara terbuka jarang terjadi di Iran, di mana dinas keamanan ada dimana-mana.
Baca: 10 Orang Tewas dalam Protes Anti-Rezim di Seluruh Iran
Aksi protes besar-besaran dimulai sejak hari Kamis (28/12/2017), dengan cepat menyebar menjadi demonstrasi anti-pemerintah di seluruh Negara, membuat ribuan rakyat Iran turun ke jalan.
Demonstrasi dimulai di Mashhad, kota terbesar kedua di Iran lalu menyebar ke Nishapur, Shahrud, Kermenshah, Qom, Rasht, Yazd, Qazvin, Zahedan, Ahvaz, dan kota-kota lainnya.
Massa dilaporkan meneriakkan slogan menentang bukan hanya kepada Presiden Hassan Rouhani tetapi juga kepada Pemimpin Tertinggi Syiah Ali Khamenei, dan peraturan keagamaan pada umumnya.
Para demonstran dilaporkan meneriakkan slogan-slogan seperti “Rakyat mengemis, ulama bertindak seperti Tuhan”.
Ada juga kemarahan atas intervensi Iran di luar negeri negeri itu di berbagai tempat. Di Masyhad, beberapa orang meneriakkan “bukan Gaza, bukan Libanon, hidupku untuk Iran“, sebagai referensi bahwa yang menjadi fokus pemerintah adalah isu-isu luar negeri bukannya masalah domestik.
Demonstran lain meneriakkan “tinggalkan Suriah, pikirkan kami” dalam beberapa video yang diunggah di internet. Iran adalah pendukung militer utama bagi pemerintah tangan besi, Bashar al-Assad di Suriah.*