Hidayatullah.com—Pemerintah Prancis menghadapi kegamangan soal repatriasi seorang wanita perekrut anggota kelompok ISIS, yang ditangkap oleh pasukan Kurdi di Suriah.
Emilie König, wanita pertama yang dimasukkan dalam daftar teroris internasional Amerika Serikat, sekarang mendekam dalam tahanan di sebuah kamp pengungsi di Suriah, yang dikelola oleh kelompok-kelompok penentang rezim Bashar Al-Assad.
Wanita itu kabarnya sedang ditanyai oleh pasukan khusus Amerika Serikat soal keterlibatannya dengan kelompok ISIS/ISIL alias Daesh, lapor Radio France Internationale Rabu (3/1/2018).
Ibu dari Emilie König, yang berusia 70 tahun, menulis surat kepada Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian guna meminta agar pemerintah Prancis merepatriasi anak perempuannya itu beserta ketiga cucunya. Si ibu mengklaim, anaknya disiksa sejak ditangkap oleh pasukan Kurdi anti-rezim Assad.
Wanita tua itu mengatakan kepada koran Ouest France bahwa dirinya berbicara dengan putrinya lewat telepon pekan ini, dan anaknya itu mengatakan “sudah bertobat.”
Lebih lanjut nenek itu mengatakan, dalam pembicaraan telepon sebelumnya di bulan Juli 2017, putrinya yang berusia 33 tahun itu mengatakan “ingin pulang, dia meminta maaf kepada keluarganya, teman-temannya dan negaranya.”
Puluhan warga Prancis yang ikut bergabung dengan kelompok-kelompok bersenjata, saat ini sedang berada di kamp atau penjara di Iraq dan Suriah, beserta istri dan anak-anak mereka. Demikian menurut intelijen Prancis.
Presiden Prancis Emmanuel Macron sudah mengatakan bahwa dia akan memutuskan apakah mereka akan direpatriasi, dengan mempertimbangkan kondisi masing-masing individu. Hal yang paling rumit adalah jika repatriasi ini menyangkut wanita dan anak-anak.
Namun, para politisi sayap kanan menolak sama sekali repatriasi bagi orang-orang yang bergabung dengan kelompok-kelompok bersenjata di Iraq dan Suriah.
Para wanita mereka harus menghadapi proses hukum di sana (Iraq atau Suriah), kata Lydia Guirous, jubir untuk Partai Republik, hari Rabu (3/1/2018). Dia bersikukuh mengatakan bahwa repatriasi justru akan menimbulkan bahaya bagi negara Prancis.
“Saya seorang feminis, saya meyakini bahwa pria dan wanita harus benar-benar diperlakukan dengan cara yang sama,” kata Guirous kepada Sud Radio. “Perempuan-perempuan ini, yang bergabung untuk ikut bertempur di Suriah atau Iraq, menentang Prancis, mengkhianati Prancis, mendaftar untuk membunuh, mereka tahu (sadar) apa yang mereka lakukan.”
Wanita mualaf
Emilie König masuk Islam ketika menikahi seorang pria asal Aljazair, yang sekarang mendekam dalam penjara karena kasus narkoba.
Dia mengubah namanya menjadi Samra, mengenakan hijab di sekujur tubuhnya, lalu bergabung dengan kelompok Islam garis keras.
Emilie pernah dipanggil menghadap ke pengadilan karena menyebarkan selebaran berisi seruan jihad pada tahun 2012. Dia juga mengunggah ke media sosial rekaman video berisi pertengkaran dengan seorang staf pengadilan soal hijab yang dikenakannya.
Pada tahun yang sama, dia kemudian berangkat ke Suriah, meninggalkan dua anaknya di rumah ibunya.
Menurut intelijen Prancis, selama di Suriah Emilie merekam video-video propaganda untuk kepentingan ISIS, menelepon orang-orang yang potensial bergabung dengan mereka, mendorong sebagian dari mereka agar menyerang istri-istri tentara Prancis.
Dia diyakini berhasil merekrut 200 wanita Prancis untuk bergabung dengan ISIS.
Di Suriah, Emilie König menikah lagi dengan seorang pria Prancis dan memiliki seorang anak dari perkawinan itu. Namun, pria tersebut kemudian tewas dalam pertempuran.
Januari 2017, Emilie König melahirkan lagi dua anak kembar yang diberi nama Maroua dan Safa.
Ayah dari Emilie König, Jean-Bernard König, merupakan anggota gendarmerie Prancis yang bercerai dengan ibunya saat Emilie berusia dua bulan. Sekarang Jean-Bernard König sudah pensiun dan tinggal di Prancis bagian selatan.
Jean-Bernard König sama sekali tidak menunjukkan simpati untuk anak kandungnya itu.
“Dia melakukan apa yang dia mau dan sekarang sudah terlalu terlambat,” ujarnya kepada Ouest France. “Dia ada di Suriah? Biar saja dia tinggal di sana,” imbuhnya.*