Hidayatullah.com—Korea Utara dan Korea Selatan telah sepakat untuk menggunakan bendera Korea Bersatu di acara Olmpiade Musim Dingin di Pyeongchang bulan depan.
Apabila rencana ini diwujudkan, ratusan delegasi Korea Utara –terdiri dari 230 pemandu sorak, 140 anggota orkestra dan 30 atlet taekwondo– bisa menyeberang ke Korea Selatan lewat jalur darat untuk mengikuti olimpiade yang akan digelar pada 9 sampai 25 Februari tersebut.
Itu artinya, untuk pertama kali sejak dua tahun silam pintu perbatasan darat Korut-Korsel akan dibuka kembali.
Kedua negara itu juga sepakat untuk membuat satu tim hoki es putri gabungan. Apabila direalisasikan, maka untuk pertama kalinya Korea bersaudara itu bermain dalam satu tim di pertandingan Olimpiade Musim Dingn.
Korea Utara juga setuju untuk mengirimkan delegasi lebih kecil, berkekuatan 150 orang, untuk mengikuti Paralimpik pada bulan Maret.
Akan tetapi kesepakatan itu harus terlebih dulu mendapat persetujuan dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang akan bertemu di Lausanne, Swiss, hari Sabtu (20/1/2018), lapor BBC. Pasalnya, Korea Utara sudah melewati batas akhir pendaftaran peserta olimpiade atau tidak masuk kualifikasi.
Korea Selatan juga harus mencari cara agar bisa menampung delegasi Korea Utara tanpa melanggar sanksi Dewan Keamanan PBB, yang melarang transfer uang ke Pyongyang dan memasukkan sejumlah pejabat Korut dalam daftar hitam.
Sementara itu, rencana pembuatan satu tim hoki es itu menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelatih dan media konservatif Korsel. Menurut mereka, pembentukan satu tim gabungan hoki es putri justru akan mengusik kesempatan Korsel untuk meraih medali.
Puluhan ribu orang kabarnya sudah menandatangani petisi online yang menuntut agar pemerintah Seoul membatalkan rencana itu.
Jepang, yang pernah merasakan rudal Korut ditembakkan ke arah negaranya, mengaku curiga dengan rencana itu. Menlu Jepang Taro Kono mengatakan bahwa dunia seharusnya tidak terpukau dengan “serangan kharisma” yang dilancarkan Korut akhir-akhir ini.
Selama beberapa bulan lalu Korea Utara membuat dunia tegang dengan melakukan sejumlah uji coba rudal yang di arahkan ke sejumlah negara “musuh” dan sekutu musuhnya, seperti Jepang. Korut juga sesumbar bahwa rudal balistiknya bisa menjangkau sejumlah wilayah Amerika Serikat.
Ujicoba rudal balistik Korut yang terakhir, pada 28 November 2017, memicu dikeluarkannya sejumlah sanksi PBB yang menarget pengiriman bahan bakar Korea Utara.
Tidak lama setelah sanksi itu diumumkan, pemimpin Korut Kim Jong-un mengatakan negaranya siap melakukan “dialog terbuka”.
Dalam pidato Tahun Baru Kim mengatakan dirinya mempertimbangkan untuk mengirim delegasi ke Olimpiade Musim Dingin yang akan digelar di Korsel tahun ini. Rencana itu disambut baik pihak Korsel, lewat pernyataan ketua komisi olimpiade bahwa atlet-atlet dari Utara akan disambut kedatangannya.
Pada 9 Januari, kedua Korea mengumumkan bahwa Korut akan mengirimkan tim ke Korsel. Pintu perbatasan darat kedua negara juga akan dibuka kembali.
Presiden Korsel Moon Jae-in mengatakan kesepakatan itu akan membuka jalan bagi dimulainya kembali dialog antara kedua Korea dan juga dialog Korut dengan AS, lapor kantor berita Yonhap seperti dilansir BBC.*