Hidayatullah.com–Setelah jenuh melihat praktek kekuasaan yang hanya mengumbar janji semata dan melazimkan kebohongan kepada masyarakat, tokoh lintas agama berkumpul mendeklarasikan “pencanangan Tahun Perlawanan Terhadap Kebohongan”. Pencanangan ini dinilai sebuah upaya menghentikan politik pencitraan penguasa atas ketidakmampuannya mengurusi rakyatnya.
“Kami ingin menegakkan kembali kebenaran dan menghentikan kepura-puraan yang dilakukan pemerintah pada tahun-tahun sebelumnya terhadap rakyat.”kata Aktifis Maarif Institute, Fajar ziaul Haq.
Hal itu disampaikannya dalam acara pernyataan publik tokoh lintas agama “Pencanangan Tahun Perlawanan Terhadap Kebohongan: Pengkhianatan Harus Segera Dihentikan” di Gedung PP Muhammadiyah, Jl Cikini, Jakarta Pusat, Senin (10/10) kemarin.
Dalam acara ini,juga dibacakan beberapa data yang diyakini sebagai kebohongan yang dilakukan pemerintah terhadap masyarakat,pembacaan yang dilakukan secara bergantian oleh 9 orang dari kalangan aktifis ini mengungkapg beberapa persoalan kinerja pemerintah yang berkaitan dengankemiskinan, kebutuhan rakyat,pangan dan energy,uga beberapa kasus pelanggaran HAM dan terosisme yang ianggap bermasalah.
Ahmad Syafii Maarif, salah satu pemrakarsa acara,mengatakan bahwa keadaan negara sudah sedemikian lemah,karena terjadi degradasi di segala bidang, yang dianalogikan oleh beliau sebagai suatu monster yang menginvasi.
“Monster kerapuhan sedang menyerang republik kita. Semua bidang baik politik dan hukum di negara ini sudah rapuh,” kata mantan Ketua PP Muhammadiyah, Syafii Maarif.
Diutarakan olehnya, hanya masyarakat bawah yang merasakan kerapuhan ini. Sementara pemerintah di level atas tidak pernah merasa dan melihat kerapuhan itu.
Menyikapi acara ini, Din syamsudin Ketua Umum Muhammadiyah mengingatkan kebohongan yang dibicarakan pada forum ini harus diperjelas kearah mana tertujunya, dan siapa pelaku kebohongannya, jika tidak perjungan melawan kebohongan tidak akan menghasilkan apa-apa.
“Kita harus jelas kepada siapa kita menuding kebohongan ini, tidak perlu berbicara dengan bahasa yang abstrak,” imbuhnya.
Ia juga menjelaskan, sikap kebohongan dan pengkhianantan pada dasarnya adalah sikap kaum munafik yang memang senang berbuat kerusakan dimuka bumi.
Tak jauh berbeda Adhi Massardi mengungkapkan keresahan dengan membacakan puisi ‘republic Kebohongan’ diakhir acara tersebut.
“Para bedebah akan tetap gagah dan menjarah; karena orang baik hanya bisa berbisik-bisik;sedangkan para imam hanya bisa menggumam sambil berharap tuhan segera turun tangan,” tandasnya.
Acara yang berlangsung selepas sholat zhuhur ini berlangsung meriah diruang depan PP Muhammadiyah dan ramai dihadiri oleh puluhan aktivis LSM dan ormas. [bil/hidayatullah.com]