Hidayatullah.com—Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov menyerukan perubahan konstitusi Federasi Rusia sehingga Vladimir Putin dapat dipilih kembali sebagai presiden setelah masa jabatannya berakhir pada 2024.
“Selama presiden petahan kita dalam kondisi kesehatan yang baik kita seharusnya tidak berpikir soal kepala negara lainnya. Ini adalah pendapat pribadi dan saya tidak akan mengubahnya. Saat ini tidak ada alternatif selain Putin,” kata Kadyrov dalam wawancara dengan kantor berita Interfax belum lama ini, seperti dilansir RT Jumat (13/4/2018).
Lebih lanjut pemimpin Republik Chechnya itu mengatakan bahwa norma dalam konstitusi yang tidak memperbolehkan seseorang dipilih kembali sebagai presiden Federasi Rusia lebih dari dua kali berturut-turut harus diubah.
Dia menyoroti bahwa ada banyak negara tanpa pembatasan seperti itu baik-baik saja pemerintahannya.
“Kenapa China bisa melakukan seperti itu dan Jerman juga bisa melakukan seperti itu, tetapi kita tidak? Jika ini memang kehendak rakyat, kenapa tidak kita ubah peraturan perundangannya?” kata Kadyrov.
“Kita bahkan tidak perlu bertanya kepada Putin soal ini! Rakyat, Dewan Federasi, Duma (parlemen Rusia), serta institusi-institusi negara lainnya, harus mengambil inisiatif dan meloloskan kebijakan ini, mengumpulkan tanda tangan dan menggelar referendum nasional,” imbuh Kadyrov.
“Saya yakin setiap orang harus mendukung hal ini,” kata Ramzan Kadyrov, putra mantan presiden Akhmad Kadyrov –bekas mufti sekaligus pejuang Chechnya yang mengangkat senjata bersama kelompok Muslim melawan pasukan Rusia di Perang Chechnya I, tetapi pindah ke kubu Rusia di Perang Chechnya II.
Saat ini, konstitusi Rusia memperbolehkan seseorang menjabat presiden berkali-kali dengan syarat maksimal dua periode berturut-turut. Masalah ini dibawa ke Mahkamah Konstitusi Rusia pada tahun 1998, yang memutuskan bahwa seseorang boleh menjabat presiden untuk periode ketiga dan keempat jika ada jeda di antara periode kedua dan ketiga. Itu kenapa Putin pada tahun 2008 tidak dapat mengikuti pemilu presiden, setelah menang pada tahun 2000 dan 2004. Pada tahun 2012, dia kemudian mencalonkan diri lagi dan menang untuk ketiga kalinya.
Kalangan oposisi berulang kali mempermasalahkan legalitas bagi seseorang yang menjabat lebih dari dua kali periode meskipun tidak berturut-turut. Namun, upaya mereka untuk mengubah aturan itu selalu ditolak pengadilan dengan alasan keputusan mahkamah tahun 1998.*