Hidayatullah.com—Taliban melakukan pertemuan-pertemuan rahasia dengan para pejabat pemerintah Afghanistan guna mendiskusikan gencatan senjata, menurut militer Amerika Serikat.
Dilansir BBC Kamis (31/5/2018), komandan pasukan AS di Afghanistan Jenderal John Nicholson mengatakan bahwa pertemuan itu juga melibatkan pejabat-pejabat pemerintah asing dan organisasi-organisasi internasional.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada bulan Februari mengusulkan agar dilakukan negosiasi. Namun, kala itu tawaran tersebut tidak ditanggapi Taliban. Sejak itu, kekerasan terus berlangsung dan memakan korban jiwa di kedua pihak.
Hari Rabu kemarin, militan melancarkan serangan bom atas kantor Kementerian Dalam Negeri di ibukota Kabul. Kelompok pemberontak juga mengklaim serangan atas sebuah kantor polisi di ibukota Provinsi Logar.
Sementara Amerika Serikat mengkonfirmasi serangannya atas kelompok pemberontak di Provinsi Helmand menewaskan 50 orang.
Membandingkan kondisi Afghanistan dengan 50 tahun perang sipil di Kolumbia yang berakhir dengan perjanjian damai, Jenderal Nicholson mengatakan bahwa kekerasan dan kemajuan bisa muncul berdampingan.
Nicholson tidak membeberkan siapa saja tokoh yang ikut dalam perundingan rahasia itu, tetapi mengatakan bahwa pertemuan diikuti oleh tokoh senior dan menengah Taliban.
Saat menawarkan negosiasi bulan Februari silam, Presiden Ghani mengatakan bahwa Taliban bisa diakui sebagai partai politik jika mereka menerima gencatan senjata dan mengakui konstitusi negara Afghanistan.
Menurut hasil riset BBC yang dirilis bulan Januari, Taliban menguasai teritori lebih banyak sejak pasukan tempur Amerika Serikat dan sekutunya ditarik dari Afghanistan pada akhir 2014. Diperkirakan sekitar 15 juta orang (setengah dari populasi Aghanistan) tinggal di daerah yang dikuasai Taliban atau daerah di mana pasukan Taliban sering terlihat atau daerah yang sering mengalami serangan Taliban.
Menyusul merebaknya kelompok ISIS alias Daesh, pemerintah Afghanistan sekarang tidak hanya menghadapi perlawanan dari Taliban, tetapi juga dari ISIS.*