Hidayatullah.com—Koalisi militer pimpinan Arab Saudi menutup semua akses udara, laut dan darat menuju Yaman untuk mengurangi gerakan senjata pemberontak Syiah al Houthi yang didukung Iran.
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh Saudi Press Agency (SPA) hari Selasa, langkah tersebut dilakukan menyusul berlalunya sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman ke Riyadh, kemarin, yang digambarkan berbahaya.
“Komando Pasukan Sekutu memutuskan menutup sementara semua jalur udara, laut dan darat Yaman,” kata pernyataan SPA, dan menambahkan, pekerja bantuan dan pasokan kemanusiaan tetap dapat masuk dan keluar dari Yaman.
Baca: Arab Saudi Berhasil Gagalkan Serangan Rudal dari Yaman
Pemberontak Syiah Houthi yang didukung rezim Iran dilaporkan mendominasi sebagian besar Yaman dan sering menembakkan rudal menuju Arab Saudi.
Sabtu lalu, militer Saudi berhasil menghadang sebuah rudal balistik yang menargetkan Bandara Internasional Raja Khalid di Riyadh. Rudal bisa mencapai 900 kilometer ditembakkan menuju bandara internasional Riyadh setelah diluncurkan dari Yaman hari Sabtu (04/11/2017).
Rudal mendarat di daerah tak berpenduduk di bandara dan tak ada yang cedera.
Arab Saudi dan Koalisi Negara-Negara Teluk menargetkan serangan terhadap milisi Syiah Houthi setelah kelompok pemberontak itu menduduki Istana termasuk Ibu Kota Sanaa sejak tahun 2015, memaksa Presiden Abd Rabbuh Mansyur Hadi melarikan diri ke Arab Saudi.
Baca: Pemimpin Senior Milisi Syiah Houthi Yaman dan Hizbullah Tewas
Saudi mengatakan, pihaknya sedang melakukan penyelidikan terhadap puing-puing rudal balistik, para ahli teknologi militer mengkonfirmasi bahwa rudal tersebut dibuat oleh Iran dan diselundupkan ke militan Houthi di Yaman untuk menyerang Arab Saudi.
Arab Saudi dan sekutunya di telah memperjelas bahwa mereka memandang Iran sebagai negara yang bertanggung jawab atas konflik Yaman, di mana lebih dari 10.000 orang telah terbunuh dalam dua tahun terakhir.
Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengatakan di akun Twitter-nya hari Senin bahwa Pemerintah Riyadh memiliki hak untuk menanggapi apa yang dia sebut “tindakan bermusuhan” Iran.
Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khaled bin Ahmed al-Khalifa juga men-tweet bahwa Iran adalah bahaya nyata bagi wilayah tersebut.*