Hidayatullah.com—Presiden Tanzania John Magufuli memecat menteri pertanian dan menteri perdagangan dan mengancam akan mengerahkan tentara jika krisis kacang mete berkepanjangan.
Para pedagang diberi waktu sampai hari Senin (12/11/2018) untuk membeli hasil panen dari petani dengan harga yang sudah ditetapkan, dan bukan di bawahnya. Apabila hal itu tidak dilakukan, Magufuli berkata dirinya akan mengirimkan puluhan truk militer untuk mengumpulkan semua hasil panen, lapor BBC.
Ekspor kacang mete merupakan salah satu andalan Tanzania yang banyak memasukkan uang ke pundi-pundi negara.
Selama berpekan-pekan para petani menolak menjual hasil panen mereka, dengan alasan para pedagang menawarkan harga terlalu rendah.
Hari Sabtu (10/11/2018), Magufuli menuding pedagang berusaha menipu ribuan petani, dan memerintahkan agar pedagang menaikkan harga tawar kacang mete perkilo menjadi sekitar $1,3 (sekitar 19 ribu rupiah).
Presiden mengatakan dia berusaha memastikan para petani mendapatkan harga yang layak dan pada saat yang sama negara tidak kehilangan pendapatan dari ekspor.
Presiden Magufuli menambahkan, jika dia terpaksa mengerahkan tentara untuk mengumpulkan kacang mete, maka hasil panen petani itu akan dibeli oleh pemerintah.
Menyusul pemecatan Charles Tizeba dari jabatan menteri pertanian dan Charles Mwijage dari jabatan menteri perdagangan dan investasi, Presiden Magufuli mengangkat dua menteri dan empat wakil.
Dia juga membubarkan Cashewnut Board of Tanzania (CBT) dan membatalkan pengangkatan ketuanya Anna Abdallah.
Ini bukan pertama kalinya Tanzania mengalami krisis semacam itu.
Pada tahun 2013, akibat aksi protes yang dilakukan petani kacang mete dan pengunjuk rasa lainnya di bagian selatan Tanzania, sebanyak 20 properti dibakar massa yang mengamuk.
Masalah muncul setelah pedagang membayar ke petani di bawah harga yang sudah disepakati. Akibatnya banyak polisi dikerahkan ke lokasi guna menghentikan kerusuhan.*