Hidayatullah.com–Presiden Tanzania menyeru agar para narapidana daripada menganggur dalam sel lebih baik tenaganya dipakai untuk melakukan pekerjaan dan dihukum jika malas.
Hal itu dikemukakan Presiden John Magufuli saat berpidato dalam pelantikan kepala-kepala penjara baru, lapor BBC Sabtu (14/7/2018).
Pegiat hak asasi manusia menudingnya menumbuhkan intoleransi.
Magufuli kehilangan popularitas setelah membredel banyak media, menarget politisi oposisi dan menyeru agar pelajar yang hamil dikeluarkan dari sekolah.
Dia mengatakan narapidana seharusnya menanam sendiri tanaman pangannya di ladang.
“Sangat disayangkan jika negara terus menerus memberi makan narapidana. Semua napi punya ladang, mereka harus menanaminya.”
“Sebagian staf penjara tidak mempunyai rumah sendiri. Pekerjakan narapida-narapidana itu, suruh mereka membuat batu bata siang dan malam. Jika kelihatan malas, tendang mereka. Kalian punya tenaga kerja, dan gratis,” imbuhnya kepada para kepala penjara.
Dia juga mengimbau agar kunjungan konjugal (kunjungan pasangan napi ke penjara untuk melakukan hubungan badan) agar dihentikan.
“Seorang pria dipenjara, meninggalkan istrinya di luar, dan seorang sipir menerima wanita ini dan memberi izin kepada si napi untuk melakukan yang seharusnya dia tidak lakukan saat berada dalam tahanan. Saya tidak ingin mendengar pembicaraan soal itu lagi,” ujarnya.
Magufuli berpendapat pengangguran di kalangan napi meningkatkan penggunaan narkoba dan homoseksualitas di lingkungan penjara.
“Saya tidak ingin mendengar hal seperti itu lagi. Saya menginginkan ada reformasi manajemen penjara,” tegasnya.
Presiden berjulukan “Buldozer” itu dituding sebagian kalangan sebagai pemimpin otoriter.*