Hidayatullah.com–Serangan bom bunuh diri menewaskan para pendukung Abdul Rashid Dostum, saat wakil presiden Afghanistan itu tiba di bandara Kabul sepulangnya dari Turki.
Ledakan bom hari Ahad (22/7/2018) di pintu masuk utama bandara di Kabul membunuh sedikitnya 14 orang, ketika para pendukung Dostum menyambut kedatangan politisi itu dari pengasingannya di Turki. Petugas medis menyebut sedikitnya 50 orang terluka.
“Ledakan terjadi bersamaan dengan iring-iringan kendaraan Dostum meninggalkan bandara,” kata jubir Kepolisian Kabul Hashmat Stanekzai kepada awak media seperti dilansir DW, seraya menambahkan bahwa jumlah korban kemungkinan akan bertambah.
Dostum dan orang-orang dekatnya tidak ada yang terluka.
Abdul Rashid Dostum, 63, berasal dari etnis Uzbek dan termasuk tokoh perang yang membantu pasukan Amerika Serikat dalam invasinya ke Afghanistan tahun 2001 melawan Taliban, yang kala itu merupakan penguasa pemerintahan.
Kelompok ISIS alias Daesh mengklaim sebagai pelaku serangan bom di bandara Kabul tersebut.
Dostum meninggalkan Afghanistan menuju Turki pada Mei 2017, setelah dituduh mengatur penculikan, pemerkosaan dan penyiksaan atas Ahmad Ishchi, bekas gubernur Provinsi Jowzjan, bagian utara Afghanistan.
Ishchi mengklaim dirinya dipukuli, dianiaya secara seksual oleh Dostum dan sejumlah anak buahnya selama beberapa beberapa hari di kediaman pribadi wakil presiden pada 2016. Tujuh orang pengawal Dostum sudah dijatuhi hukuman dalam kasus itu.
Namun, Dostum membantah dirinya kabur ke Turki karena takut akan didakwa, dan dia mengatakan pergi ke sana untuk pemeriksaan kesehatan dan alasan keluarga.
Menjelang kedatangan Dostum, jubir kepresidenan Afghanistan Haroon Chakhansuri mengatakan bahwa wakil presiden itu menjalani perawatan medis di Turki. Sekarang dia sudah siap menjalankan kembali tugasnya mendampingi Presiden Ashraf Ghani.
Ditanya soal Dostum dalam kasus Ishchi, jubir itu menjawab “kehakiman adalah lembaga independen; pemerintah tidak ikut campur dalam keputusan-keputusan mereka.”
Dostum memulai karis militernya dengan berperang melawan Uni Soviet bersama pasukan pemerintah Afghanistan di tahun 1980-an. Selama beberapa tahun di era 1990-an, dia memimpin sebuah kuasi-negara di bagian utara Afghanistan, yang disebut Dostumistan –yang namanya diambil dari namanya sendiri.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sebagian media Barat melaporkan tangan Dostum berlumuran darah 2.000 tahanan Taliban, dengan membiarkan mereka mati kehabisan napas di dalam kontainer-kontainer kargo terbuat dari besi pada 2001. Beberapa media, mengutip keterangan seorang bekas sopirnya, melaporkan bahwa Dostum memerintahkan salah satu pengawalnya untuk membunuh istri pertamanya.
Selain dituduh berperan dalam kasus Ishchi, Dostum juga dituduh terlibat kasus serupa yang terjadi pada 2008. Sepuluh tahun silam anggota milisinya diduga menawan dan menganiaya secara seksual Akbar Bai, rival politik Dostum. Akibat tuduhan-tuduhan tersebut Dostum memperlama kunjungannya di Turki.*