Hidayatullah.com–Ada sebuah negara di mana banyak anak-anak perempuannya bernama Istanbul, dan laki-lakinya Erdogan. Memiliki kedubes Turki terbesar di dunia yang memuat sekolah-sekolah dan rumah sakit Turki. Banyak warganya yang mengagumi Turki, bahkan beberapa dari mereka dapat berbahasa Turki.
Namun, negara ini bukanlah negara tetangga Turki atau bahkan tidak berada di wilayah yang sama. Negara ini adalah Somalia.
Kalau Anda belum mendengar, Turki dan Somalia merupakan sahabat baik. Bukan hanya karena Turkish Airlines satu-satunya penerbangan internasional di sana, tetapi Turki telah menginvestasikan jutaan untuk bantuan dan pembangunan di Somalia dan membantu mereka dalam perang mereka melawan terorisme.
Kehadiran Turki di Somalia, negara yang dilanda bencana kelaparan, perang dan dipenuhi teroris berhubungan dengan sebuah konsep bernama keuntungan ‘first mover’ (penggerak pertama) dan itu membantu baik Turki dan Somalia, tulis TRTWorld.
Seperti yang Anda tahu, banyak negara Afrika yang membutuhkan dan banyak yang telah mendapatkan investasi asing besar yang kebanyakan dari China.
Baca: Nama ‘Istanbul’ Makin Populer untuk Anak-anak Perempuan Somalia
Namun, Somalia berbeda. Di sana iklim politik dan ekonomi sangat tidak stabil sehingga tidak ada satupun mengambil resiko tersebut kecuali Turki.
Pada tahun 2011, tingginya angka kelaparan dan buruknya kondisi pangan yang membunuh 250.000 warga Somalia mendorong Turki masuk dengan investasi dan bantuan besar
Erdogan menjadi pemimpin non-Afrika pertama yang berkunjung ke Somalia dalam dua dekade terakhir.
Setelah itu investasi Turki semakin kencang, Ankara mulai membangun ulang bAndara, membangun jalan, sekolah dan rumah sakit.
Turkish Airlines menjadi perusahaan pengangkutan pertama yang terbang ke Somalia dalam dua dekade terakhir dan lembaga pembangunan Turki, TIKA dan Bulan Sabit Merah Turki bersama dengan organisasi non-pemerintah lain memulai proyek konstruksi skala besar, pengumpulan limbah, dan pengolahan air.
Turkish Airlines juga membantu mengangkut berton-ton bantuan selama masa kelaparan itu.
Hanya dalam 6 tahun, Turki menjadi sumber import terbesar ke-5 dan telah menyediakan lebih dari $1 miliar bantuan.
Perdagangan bilateral meningkat dari $6 juta ke $72 juta dalam lima tahun.
Dan sembari Turki membangun sekolah-sekolah di dalam Somalia, negara itu juga memberikan ribuan pelajar Somalia beasiswa untuk belajar di Turki.
Sementara itu, banyak pekerja bantuan dan para ahli Turki menuju Somalia untuk berkontribusi dalam pembangunan meskipun seringkali terjadi serangan Al Shabab, terutama di ibu kota.
Turki baru-baru ini membuka fasilitas pelatihan militer luar negeri terbesarnya di Mogadishu, di mana mereka bisa melatih lebih dari 1.500 tentara Somalia sekaligus.
Dan investasi akhirnya terbayar, Turki telah mendapatkan apresiasi dari rakyat Somalia yang melihat dukungan dan bantuan Turki di sekitar mereka.
Mereka menonton drama televisi Turki dan membeli produk-produk Turki dan sementara pejabat Turki mengatakan membangun kembali Somalia adalah tugas kemanusiaan, langkah Turki saling menguntungkan bagi kedua pihak.
Somalia memberikan Turki sebuah pasar baru di tempat yang hampir tidak tersentuh oleh investor lain di mana negara Asia itu dapat menikmati keuntungan ‘first mover’-nya dan Negara Tanduk Afrika itu juga berada di lokasi strategis yang berperan sebagai pintu gerbang ke seluruh Afrika.
Hal itu dapat mendorong ekonomi dan pengaruh Turki di benua tersebut sambil membantu menstabilkan negara yang telah menderita karena perang, kemiskinan dan teror selama beberapa dekade.
Negara lain juga telah membantu Somalia di masa lalu namun interaksi Turki dengan Mogadishu tidak memiliki efek kolonial atau Perang Dingin seperti banyak negara lain dan warga Somalia biasa bisa melihat bahwa kehadiran Turki meningkatkan kehidupan mereka.*/Nashirul Haq AR