Hidayatullah.com—Pemerintahan Kanada hari Senin meminta Jerman untuk menjadi penengah dalam perselisihan dengan Arab Saudi dengan mendukung Kanada untuk mempromosikan dan membela hak asasi manusia.
Menteri Luar Negeri Chrystia Freeland, berbicara di Berlin pada pertemuan tahunan duta besar Jerman, memicu badai api ketika cuitannya di twitter pada awal bulan ini yang meminta Arab Saudi “segera membebaskan” aktivis hak asasi manusia yang dipenjarakan.
Kerajaan Saudi, menuduh Freeland campur tangan dalam urusan domestiknya, mengambil langkah-langkah hukuman, termasuk melarang semua perdagangan baru dengan Kanada, mengusir duta besar Kanada, memanggil duta besarnya dan memerintahkan 16.000 mahasiswa Saudi di Kanada untuk pulang dan melanjutkan pendidikan mereka di tempat lain.
Baca: Saudi Tunda Penerbangan Langsung sebagai Protes Campur Tangan Kanada
Negara-negara lain tetap diam – Arab Saudi membagi-bagikan kontrak senilai ratusan miliar dolar untuk memodernisasi negara – sementara Kanada menegaskan kembali janjinya untuk mengangkat kasus penganiayaan terhadap aktivis hak asasi manusia di mana pun terjadi.
Freeland sekali lagi angkat bicara pada Senin dan mengatakan bahwa “bahkan ketika kita diminta untuk mengurus urusan kita sendiri … dan bahkan ketika berbicara membawa konsekuensi” Kanada akan selalu mempromosikan hak asasi manusia.
“Kami mengandalkan dukungan Jerman,” katanya dikutip Anadolu Agency sambil menambahkan, dia tidak pernah menyebutkan nama Saudi.
Tetapi Jerman juga menjadi sasaran kemarahan Kerajaan Arab Saudi. Setelah menteri luar negerinya memarahi Arab Saudi karena memasuki perang sipil Yaman, kerajaan itu memanggil pulang duta besarnya.
Baca: Saudi Usir Dubes Kanada dan Bekukan Hubungan Perdagangan
Kerajaan mungkin berani bertindak karena hubungan mereka yang baru dan lebih hangat dengan Presiden AS Donald Trump.
Pada pertemuan di Berlin, Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas menyalahkan ketidakstabilan dunia pada pemerintahan Trump karena mengabaikan aturan yang berdasarkan tatanan internasional.
“Persoalan ini memukul Eropa dan Jerman, ketika Amerika Serikat menyatu dan tanpa konsultasi mengeluarkan sanksi sembarangan terhadap Rusia, Tiongkok, Turki dan di masa depan mungkin juga akan terjadi pada lebih banyak dari mitra dagang penting kami,” katanya.*