Hidayatullah.com—Pasca serangan kimia yang menewaskan setidaknya 60 orang di wilayah Ghouta Timur, membuat para kepala pemerintahan negara-negara di dunia sepakat akan memberi sanksi kepada Rezim Bashar al Assad dengan rencana serangan militer.
Melalui sebuah pernyataan pada hari Selasa, pemimpin Inggris Perdana Menteri Theresa May menyatakan harus “memberi reaksi untuk menegakkan larangan penggunaan senjata kimia di seluruh dunia.”
Kesepakatan ini diambil setelah Perdana Menteri Theresa May melakukan pembicaraan telepon terpisah dengan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
“Mereka [May, Trump dan Macron] sepakat bahwa komunitas internasional harus merespons dengan menegakkan larangan penggunaan senjata kimia,” bunyi pernyataan itu.
Rilis ini juga menambahkan bahwa para pemimpin juga “setuju untuk bekerja sama lebih erat dan bersama partner-partner internasional mereka untuk memastikan mereka yang bertanggung jawab atas serangan ini diganjar sesuai tindakannya,” dikurip Anadolu Agency, Selasa (10/04/2018).
Baca: Turki Deklarasikan Sekali dan Selamanya: Rezim Bashar al Assad Harus Hengkang
Arab Saudi juga telah memberi sinyal akan ikut ambil bagian dalam aksi militer di Suriah setelah terjadinya serangan menggunakan senjata kimia oleh Rezim Bashar.
Dukungan ini diungkapkan Putra Mahkota Mohammad bin Salman, Selasa (10/04/2018), setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Senin (09/04/2018), menjanjikan tindakan cepat dan keras sebagai tanggapan atas serangan kimia itu.
“Kalau persekutuan dengan mitra-mitra kami membutuhkannya, kami akan ikut (bergabung dalam tanggapan militer),” kata Pangeran Mohammad dalam acara jumpa pers bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron di akhir lawatan tiga harinya di Paris..
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubeir, mengatakan sejumlah negara lain juga tengah berkomunikasi untuk menyikapi serangan senjata kimia itu.
Sementara Turki, hari Kamis telah menyampaikan janjinya, bahwa waktunya bagi rezim Bashar al Assad di Suriah untuk pergi telah tiba.
“Rezim Assad harus meninggalkan Suriah. Ini bukanlah pertama kalinya rezim Assad menggunakan senjata kimia. Ia telah membunuh sekitar 1 juta orang dengan serangan udara dan Bom Gentong,” ujar Menlu Mevlüt Çavuşoğlu dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh Yayasan Penelitian Politik, Ekonomi dan Sosial (SETA) di Ankara.
Sementara itu, Kanselir Jerman, Angela Merkel menyatakan pihaknya tidak akan ikut bergabung para pemimpin dunia untuk melakukan serangan terhadap pemerintah Bashar.
Baca: Sikap Jerman Soal Suriah: Siap Bantu Tetapi Bukan Militer
Merkel menyatakan, penggunaan senjata kimia perlu sanksi, namun tidak ada opsi militer di dalamnya.
“Jerman tidak akan mengambil bagian dalam aksi militer yang mungkin terjadi. Saya ingin menegaskan lagi bahwa tidak ada keputusan akan adanya serangan, tetapi kami melihat adanya potensi,” ucap Merkel.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyebut bahwa Rusia harus “bersiap” atas rudal-rudal yang akan diluncurkan ke Suriah guna merespons dugaan serangan kimia dekat Damaskus, Sabtu (07/04/2018) lalu.
“Bersiaplah Rusia karena mereka akan datang datang, bagus dan baru dan ‘pintar!'” demikian cuitan Donald Trump melalui akun twitter.
Keputusan itu dinilai telah mengisyaratkan Amerika Serikat mungkin tengah menyiapkan operasi militer besar ketimbang serangan terbatas kepada rezim keji Bashar al Assad yang didukung Rusia dan Iran.*