Hidayatullah.com–Lima pria dan satu wanita telah ditangkap dengan dugaan merencanakan “aksi kekerasan” terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron. Mereka dikabarkan memiliki keterkaitan dengan sebuah kelompok ultrakanan kecil.
Empat orang diciduk polisi antiteror di daerah Moselle, seorang lainnya di Vilaine dan orang terakhir diringkus di Isère, kata sumber kepada berbagai media seperti dilansir RFI Selasa (6/11/2018).
Rencana pembunuhan itu, ketika diendus aparat,masih belum dijabarkan dengan jelas, kata sumber. Investigasi dilakukan guna mengetahui seberapa nyata ancaman itu dan bagaimana sifatnya.
Hari Senin, dalam acara penyambutan kepala unit antiteror DGSI yang baru, Mendagri Christophe Cartaner mengatakan bahwa dia “mengikuti secara seksama” ancaman-ancaman yang muncul dari kelompok ekstrimis kanan maupun kiri yang “sangat aktif di wilayah negara kita.”
Pada Oktober 2017, polisi berhasil mengungkap sebuah kelompok yang dipimpin Logan Nisin, seorang warga kota Vitrolles, yang ingin melancarkan teror guna memicu “remigrasi”. Kelompok itu memasukkan nama Castaner dan tokoh politisi kiri Jean-Luc Mélechon sebagai target potensialnya.
Baca: Presiden Macron Janji Cegah Investor Asing Beli Pertanian Prancis
Pada bulan Juni, 13 anggota kelompok lain yang ketuanya diduga pensiunan polisi dijerat dengan tuduhan mengorganisir sebuah “geng teroris”.
Mereka berencana melancarkan serangan atas warga Muslim, dengan cara menarget Muslim yang baru keluar penjara atau pulang dari “masjid radikal”.
Hakim, bertentangan dengan saran dari kejaksaan, membebaskan empat dari orang-orang itu termasuk ketuanya dari tahanan dan hanya memberi sanksi wajib lapor.
Dalam kasus Logan Nisin, kelompok-kelompok kecil yang diklasifikasikan oleh DGSI sebagai “ultrakanan” memiliki kapasitas operasional terbatas.*