Hidayatullah.com–Bangladesh mendesak Myanmar mengambil sikap atas pernyataan menteri agamanya atas pernyataan yang dinilai provokatif dan melukai perasaan umat Islam.
“Kami sangat menentang pernyataan provokatif dari menteri mereka, yang juga merupakan sentimen yang meneriakkan perasaan umat Islam,” kata pejabat senior Kementerian Luar Negeri Bangladesh kepada Reuters hari Kamis.
Pada Selasa (4 Desember 2018) lalu, Menteri Urusan Agama Myanmar, Thura Aung Ko, mengatakan para pengungsi Muslim Rohingya yang tinggal di negara tetangga Bangladesh “dipaksa untuk percaya pada sesuatu yang tidak benar” terhadap Myanmar yang mayoritas beragama Budha.
Pejabat Bangladesh langsung mengutuk pernyataan yang menyatakan bahwa kelompok etnis terindas itu “tunduk pada Myanmar” dan juga bersikeras tidak mentoleransi gerakan militan, karena tidak pernah mendorong radikalisme.
“Jika mereka diberi kewarganegaraan dan harta mereka dikembalikan, mereka akan kembali ke Myanmar. Dengan membuktikan provokasi ini, sangat disayangkan,” kata pejabat itu.
Baca: Myanmar Minta Bangladesh Berhenti Bantu Pengungsi Rohingya
Dalam rekaman video yang diterbitkan oleh situs NewsWatch menunjukkan Menteri Urusan Agama Myanmar Thura Aung Ko mengatakan sebagian besar Muslim etnis Rohingya hidup sebagai pengungsi Bangladesh setelah melarikan diri dari Myanmar karena “dilecehkan” untuk “mengklaim” negara dengan mayoritas umat Buddha.
Sebagaimana diketahui, Thura Aung Ko sebelumnya telah menuding pemerintah Bangladesh ‘mencuci otak’ etnis Rohingya dengan menuduh para pengungsi mempunyai agenda terselubung, yakni menguasai Myanmar yang mayoritas Buddha melalui pertambahan jumlah penduduk.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (04/12/2018), Ko menyatakan pemerintah Bangladesh sengaja mengulur pemulangan etnis Rohingya ke wilayah pemukimannya di Negara Bagian Rakhine.
“Mereka (etnis Rohingya) selain diberi makan juga dicuci otak di kamp pengungsian untuk menyerbu Myanmar. Itulah tujuan mereka,” kata Ko.
Pemimpin Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi yang menunjuk Ko menduduki posisi Menteri Agama dua tahun lalu.
Baca: 2000 Pengungsi Rohingya akan Dipulangkan ke Myanmar Bulan Ini
Mantan jenderal itu juga menyatakan agama Islam yang dianut etnis Rohingya sebagai ‘agama ekstrem’. Menurut dia Rohingya bisa menjadi ancaman bagi umat Buddha setempat.
“Kalau kami pemeluk Buddha hanya beristri satu dan beranak dua, para penganut ‘agama ekstrem’ itu bisa punya tiga sampai empat istri dan anaknya banyak. Setelah beberapa dasawarsa, mereka akan menjadi mayoritas dan warga Buddha menjadi minoritas,” ujar Ko.
Kepala majelis ulama di Ibu Kota Yangoon, San Aung mengaku kecewa dengan pernyataan Ko.
“Sebagai menteri agama seharusnya dia membuat pernyataan yang bertanggung jawab,” kata Aung.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Baca: Krisis Makanan, 10 Ribu Pengungsi Rohingya Banjiri Perbatasan Bangladesh
Duta Besar Myanmar di Bangladesh, U Lwin Oo mencoba menenangkan situasi, dengan mengatakan, pernyataan itu adalah pandangan pribadi dari menteri agama.
Menurut seorang pejabat kementerian luar negeri pada pertemuan tersebut, mereka menuntut agar tindakan segera diambil terhadap sang menteri.
Pernyataan menteri Myanmar itu dibuat setelah kedua negara itu terlibat dalam negosiasi selama lebih dari setahun untuk memastikan etnis Rohingya kembali ke Myanmar. Mereka saling menyalahkan karena keterlambatan dalam proses.
Sejauh ini, lebih dari 730.000 etnis Rohingya telah melarikan diri dari negara bagian Rakhine menyusul aksi militer brutal Myanmar itu sejak Agustus lalu.
Menurut badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kebanyakan dari mereka saat ini tinggal di kamp pengungsi padat di Bangladesh.*