Hidayatullah.com– Perdana Menteri Malaysia Dr Mahathir Mohammad mengecam keputusan Australia yang mengakui Yerusalem (Baitul Maqdis) Barat, dengan menyebut, tak ada dan negara manapun yang berhak memutuskan ibu kota Palestina dibagi.
“Australia juga ingin membagi Yerusalem ke Yerusalem Barat sebagai ibu kota ‘Israel’ dan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina … Semua ini hanya akan membangkitkan kemarahan,” katanya setelah menerima gelar doktor kehormatan dalam satu acara di Bangkok hari Ahad, (16/12/2018) dikutip Harian BERNAMA.
Mahathir mengatakan ini sebagai tanggapan atas pertanyaan wartawan Reuters di Bangkok mengenai keputusan Australia untuk mengakui Yerusalem Barat sebagai ibu kota ‘Israel’.
Namun, negara itu tidak akan memindah kedutaannya di sana sampai kesepakatan damai tercapai antara Palestina dan ‘Israel’.
Baca: Palestina Ajak Serukan Deklarasikan Ibu Kota Baitul Maqdis
Saat menghadiri KTT Singapura di Singapura bulan lalu, Dr Mahathir menyatakan keprihatinannya dengan rekan Australia Jim Morrison, terhadap niat negara itu untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota ‘Israel’.
“Kami melihat pembicaraan yang digunakan dengan sangat hati-hati. Namun, di mata sebagian besar negara Arab, ini bukan sesuatu yang bisa mereka terima, “katanya.
Dia mengatakan Yerusalem (Baitul Maqdis) selalu di bawah Palestina dan mempertanyakan mengapa mereka mengambil upaya untuk membagi kota suci itu.
“Mereka tidak berhak … itu bukan milik mereka,” katanya.
Sementara itu, menanggapi keputusan Australia itu, Kementrian Luar Negeri Indonesia meminta agar Negeri Kanguru dan semua anggota PBB untuk segera mengakui Negara Palestina.
Isi pernyataan Kemlu juga meminta agar semua anggota PBB, termasuk Australia, bekerja sama guna tercapainya perdamaian yang berkelanjutan dan kesepakatan antara Palestina dan ‘‘Israel’’ berdasarkan prinsip solusi dua negara (two state solution), sebuah opsi yang tak diakui rakyat Palestina sendiri, yang sedang dijajah.*