Hidayatullah.com–Presiden Meksiko memgirim surat kepada Raja Spanyol Felipe VI dan Paus Fransiskus mendesak mereka untuk meminta maaf atas pelanggaran-pelanggaran HAM yang dilakukan selama penaklukan kawasan itu.
Presiden Andreas Lopez Obrador mengatakan orang-orang pribumi Meksiko menjadi korban pembantaian.
Berbicara di reruntuhan sebuah kota kuno Meksiko, dia menuntut agar para penjajah mempertanggungjawabkan sepenuhnya apa yang dulu mereka lakukan, lapor BBC Selasa (26/3/2019).
Dalam suratnya Obrador mengatakan bahwa sekarang saatnya untuk rekonsiliasi, tetapi hendaknya mereka meminta maaf terlebih dahulu.
“Telah terjadi pembantaian dan penindasan. Apa yang disebut penaklukan itu dilakukan dengan pedang dan salib,” kata Obrador.
“Mereka (para penakluk) mendirikan gereja-gereja di atas kuil [bangsa pribumi],” tegas Presiden Obrador.
Meksiko memiliki populasi penganut Katolik Roma terbesar di dunia setelah Brazil.
Penaklukan oleh Spanyol di daratan Amerika diawali dengan kedatangan ekspedisi yang dipimpin Christopher Columbus pada 1492.
Penaklukan kawasan Meksiko dimulai ketika sekelompok kecil pasukan pimpinan Hernan Cortes mendarat di daerah yang sekarang dikenal sebagai negara bagian Veracruz pada 1519.
Kekaisaran Aztec yang kuat akhirnya dikalahkan, dan sejak itu penjajahan oleh Spanyol selama 300 tahun dimulai.
Meksiko mendapatkan kemerdekaan setelah rakyat bangkit melawan penjajah dalam peperangan yang berlangsung dari tahun 1810 sampai 1821 dan menjadi negara federal pada tahun 1824.
Politisi beraliran kiri Lopez Obrador menduduki kursi presiden sejak Desember 2018. Dia berjanji akan memberantas korupsi, mengurangi kesenjangan dan mengentaskan jutaan rakyat Meksiko dari kemiskinan.
Hubungan Meksiko dengan pemerintah kiri-tengah Spanyol sejauh ini baik-baik saja.*